7.Perkenalan
“Dalam dunia tidak ada nama kebetulan, semuanya sudah di rancang dan di tentukan begitu pun dengan sebuah pertemuan yang sudah di tentukan untuk bertemu. Namun terkadang kita yang tidak mempercayai akan takdir kita yang akan terjadi karena sebuah alasan yang mustahil.”
Shariz berangkat menuju universitasnya sekitar jam 9 pagi, Shariz dengan kebiasaannya ia pergi dengan berpakaian memakai celana jeans dan kemeja dengan gaya rambut yang di cepak yang sudah agak memanjang dan membawa tas gendong berwarna hitam. Shariz berangkat menggunakan sepeda kesayangannya. Ketika Shariz sudah masuk ke area universitasnya ia langsung berjalan menuju taman untuk menghirup udara segar sambil mempelajari materi-materi yang akan di sampaikan sekarang oleh dosennya. Shariz mengambil jurusan manajemen bisnis, karena ia akan melanjutkan dunia bisnis perusahaan sang papah. Tiba-tiba seseorang berjalan mendekat ke arah Shariz yang sedang duduk belajar di atas bangku.
"Assalamu'alaikum." Kata mereka serempak.
Shariz langsung melihat ke arah sumber suara, dan menjawab salam.
"Wa'alaikumsalam."
Shariz mengerutkan kening karena heran mengapa Nabil membawa tikar kecil yang di lipat.
"Mat? What for?" Tanya Shariz sedikit terheran.
"For we." Cetus Nabil menjawab.
"Ini tuh buat kita duduk di bawah. Kan kalo kita duduk di bangku berempat nggak akan cukup plus nggak akan lebih santai." Jawab Shandra memperjelas.
"Oh..." Jawab Shariz mengerti.
Nabil menggelar tikar tersebut yang di bantu dengan Alyda.
"Alyda, kamu masuk untuk belajar? Bukannya kamu masih sakit?" Tanya Shariz spontan ketika menyadari keberadaan Alyda.
"Bil kok kamu ngizinin dia buat langsung belajar sih. Kamu sebagai kakak harusnya kamu larang dia, gimana kalo dia masuk rumah sakit lagi?" Lanjut Shariz memarahi Nabil.
"Lah kok marahnya ke aku sih, orang dianya aja yang susah di bilangin." Jawab Nabil entang.
"Emangnya Alyda kapan masuk rumah sakit?" Tanya Shandra yang tidak mengetahui apa-apa.
"Kemarin." Jawab Alyda polos.
"Nah udah tahu kamu baru keluar dari rumah sakit kenapa kamu langsung masuk?" Tanya Shariz tanpa ekspresi.
"Mau aja." Jawab Alyda.
Shariz membulatkan matanya ketika mendengar jawaban polos Alyda.
"Kak Nabil nggak bilang sih kalo Alyda masuk rumah sakit." Kata Shandra.
"Lah kenapa juga harus di bilang-bilang ke orang lain." Celetuk Alyda menyambar ucapan Shandra.
Shandra seketika langsung menjitak ujung kepala Alyda. Alyda meringis dan langsung menatap Shandra karena terkejut dengan perilaku Shandra.
"Kamu tadi nyebut aku apa? Orang lain? Hello, kita udah lama yah... Sahabatan, terus kamu tiba-tiba nyebut aku orang lain, yang nggak kenal kamu sama sekali." Celetuk Shandra.
"Udah-udah, masalah kayak ginian aja di perpanjang." Jawab Nabil melihat tingkah laku mereka semua sambil duduk di atas tikar yang sudah di gelar.
"Udah duduk." Perintah Nabil.
Permasalahan tidak di bahas lanjut, suasana menjadi hening beberapa saat. Mereka sibuk dengan pelajaran-pelajaran yang akan di bahas nanti.
"Eh btw kok kak Shariz mendadak perhatian sih ke Alyda? Bukannya kemarin-kemarin nggak akur ya?" Tanya Shandra yang tiba-tiba mengingat awal permasalahan mereka.
Dengan seketika semua mata tertuju pada Shariz.
"Oh iyah, kamu bener, kok tumben sih." Kata Nabil mengkompori ucapan Shandra karena mengerti.
"Eemm atau jangan-jangan. Ada sesuatu yang mulai tumbuh di hati nih." Sindir Shandra sambil mendekatkan diri ke arah tempat duduk Shariz seperti hendak berbisik.
"Apaan sih. Kalian tuh gabut banget. Ngusik hidup orang mulu, nggak bosen?" Tanggap Alyda yang merasa risih.
Shandra memperhatikan mimik muka Shariz yang memerah dan masih terdiam menanggapi perkataan mereka semua. Shariz yang merasa sedang di perhatikan oleh Shandra ia langsung menatap mata Shandra.
"Apa? Nih ya, aku tuh kaya gini karena takutnya dia pingsan di pinggir jalan lagi dan akhirnya ngerepotin orang lain lagi, kasihan orang lainnya cape-cape nolong dia." Jawab Shariz mengalihkan pembicaraan mencoba menutupi kedekatannya.
"Kok tanggapannya gitu banget sih. Yang sabar ya Alyda, buat kedepannya kak Shariz nggak akan kaya gitu lagi kok." Ucap Alyda sambil mengelus-elus punggung Alyda.
"Kamu tuh gabut banget sih... nggak ada kerjaan banget, siapa juga yang peduli sama tanggapan dia." Ucap Alyda sambil menyingkirkan tangan Shandra yang mengelus-elus punggungnya.
Shandra tersenyum kecil melihat tingkah laku Alyda dan memberhentikan candaannya karena merasa kasihan dengan Alyda dan Shariz yang dari tadi di propokatori. Suasana hening sesaat karena ikut terbawa dengan amarah Alyda. Alyda menyibukkan dirinya dengan buku yang sedang di pegang tanganya. Semuanya juga ikut sibuk pada bukunya masing-masing.
"Kalo kak Nabil jodoh sama Shandra, aku juga bakal ngerestuin kok." Celetuk Alyda dingin dengan mata masih terfokus pada bukunya.
Uhuk...
Uhuk...
Uhuk...
Nabil yang sedang meminum air putih yang ia bawa dari rumahnya tersedak karena mendengar ucapan Alyda. Seketika semua orang langsung terfokus pada Alyda yang sedang fokus dengan bukunya.
"Alyda kamu tadi bilang apa?" Tanya Nabil yang sedang melotot ke arahnya.
Mata Nabil seketika mengalihkan sebentar melirik ke arah Shandra. Shandra diam tak menjawab ucapan Alyda, Nabil langsung menatap Alyda kembali kini Alyda juga sudah melihat mata Nabil. Nabil memberi kode dengan menghembuskan kasar nafas, Alyda meremas baju gamisnya karena teringat dengan ucapannya. Alyda dan Nabil menetralkan kondisi. Shariz melihat tingkah mereka semua tak faham dengan maksudnya, tapi Shariz tetap diam pura-pura tidak tahu.
"Lah kok kamu yang bilang Shandra gabut, tapi malah kamu juga yang ke bawa gabut." Celetuk Nabil menanggapi.
"Tahu ya kak Nabil, dia PO BOX." Lanjut Shandra sambil menatap Nabil untuk meyakinkan ucapannya.
"Tapi aku juga setuju kok kalo Nabil sama Shandra jodoh." Ucap Shariz.
"Lah, emang kak Shariz siapa aku? Main setuju-setuju aja ngejodohin orang." Ucap Shandra.
"Ya kan setidaknya temen juga bolehkan ngerestuin temennya lagi. Iyakan Alyda?"
"Udah-udah ah kalian tuh jadi ngebas yang nggak jelas banget. Alyda kamu pergi ke minimarket dong, sama Shandra beli cemilan buat ngemil di sini. Mau nggak?" Kata Nabil melerai pembicaraan.
"Ngalihin pembicaraan nih... Ceritanya." Kata Alyda menatap Nabil.
"Mau nggak?" Kata Nabil mengabaikan ucapan Alyda.