Terdampar

Bla
Chapter #5

Masih Belum Menemukan Apa yang Kucari

Matahari bersinar terang, memancarkan air yang berkilauan dan memantulkan seperti kristal. Sinar itu mengalir di atas padang pasir dan menembus bayangan yang paling gelap sekalipun.

Panas seolah-olah naik dari pasir bagaikan gelombang, menciptakan ilusi air yang beriak.

Satu-satunya jalan keluar dari sinar matahari yang terik adalah di bawah pohon-pohon kelapa yang berjajar di tepi pantai, dan bahkan beberapa cahaya belang-belang mengalir melalui dedaunan, meninggalkan bentuk-bentuk kecil di pasir dalam pola-pola rumit.

Aku berlari terbirit-birit sambil membawa sisa ikanku ke bawah pohon kelapa.

Sambil menikmati pemandangan, aku kembali menyantap makan siangku.

Setelah beberapa menit, ikan panggang itu tinggal bersisa duri di atas daun pisang, tapi aku merasa sangat puas.

Ini adalah ikan terenak dan paling segar yang pernah kusantap.

Lalu, apa yang harus kulakukan sekarang?

Otakku mulai berputar, mencari-cari jawaban.

Sepertinya sudah saatnya aku memikirkan cara agar bisa keluar dari tempat ini.

Tapi bagaimana caranya?

Badanku menggigil karena kedinginan, rasa dingin merembes ke dalam jantungku seperti kabut beku yang menembus tulang-tulangku dan membungkus otakku seperti selimut basah.

Aku nyaris lupa bahwa aku hanya mengenakan bra dan celana dalam setelah berenang di laut.

Refleks, aku berlari menuju tempat aku meninggalkan pakaianku dan memakainya kembali. Walaupun kotor, setidaknya kering dan hangat karena terkena pancaran sinar matahari, sehingga aku tidak akan mati kedinginan.

Setelah berhasil mengenakan kembali pakaianku, jauh di dalam dadaku, melalui setiap sel tubuhku, kehangatan menyambutku bagaikan teman lama.

Langkah selanjutnya, yaitu melindungi kakiku yang malang karena terluka oleh tombak itu. Di sekitarku terdapat banyak sekali pohon pisang dan kupikir ini adalah solusi terbaik, untuk sekarang ini.

Kupetik daunnya dan membalut kakiku yang terluka, berharap ini dapat membuatku lupa akan rasa sakitnya.

Sepertinya daun pisang ini cukup untuk menghilangkan rasa sakit sekaligus menjadi alas kaki sederhana. Ah, andai saja ada toko sepatu serta apotek di sini.

Mataku beralih ke padang pasir putih yang luas dan itu membuatku kembali teringat.

Kemarin, aku sempat menemukan kapak yang terkubur di balik pasir, bisa jadi ada hal-hal lain yang terpendam di sana.

Tanpa berpikir panjang, aku segera menggali pasir dengan kedua tanganku, berharap dapat menemukan sesuatu yang berguna.

Pasir yang lembut dan hangat itu terasa berat sekali di bawah tanganku, membuatku harus mengerahkan seluruh kekuatanku agar bisa menggali lebih dalam.

Terkubur di dalam pasir, aku dapat melihat sesuatu berkilauan di bawah sinar matahari. Dingin dan kejam, senjata tanpa kebaikan.

Sebuah golok.

Lihat selengkapnya