JOVAN

Giovanna K. A.
Chapter #4

— Cinta? (4)

Hari berjalan seperti biasa. Aku, Rina, dan Iva duduk bersandar di dinding luar kelas 9-6, menikmati semilir angin yang sesekali bertiup lewat pagar pembatas, memberi sedikit kesejukan di tengah panasnya cuaca. Kami sedang membicarakan berbagai hal, mulai dari tugas-tugas sekolah yang menumpuk hingga gosip-gosip terbaru yang beredar di kalangan siswa.

Rina dan Iva, dua teman yang akhir-akhir ini aku merasa menjadi dekat karena perkara laki-laki taksiran kelas 9-1, yang terkenal sebagai bagian dari sirkel populer di sekolah, selalu punya informasi terbaru tentang apa pun yang terjadi di SMP kami.

Ya, termasuk Satria, cowok yang belakangan ini selalu mengisi pikiranku.

Tiba-tiba, Rina menyenggol lenganku pelan. "Eh, Jov," bisiknya dengan nada penuh rahasia, "gue denger-denger, nih… katanya si Satria itu playboy tau."

Aku menoleh cepat ke arah Rina, "Hah? Masa, sih? Nggak mungkin, ah," bantahku spontan, tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Satria yang kukenal selama ini selalu bersikap ramah dan baik pada semua orang, tidak hanya padaku.

Rina mengangkat bahunya. "Yah, gue cuma denger-denger, sih. Tapi lu hati-hati aja, deh. Jangan sampai kena PHP," tambahnya dengan nada bercanda, tapi aku bisa menangkap sedikit nada serius dalam suaranya.

Iva yang dari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Emang beneran, ya? Gue denger dari Mario juga gitu." Mario, salah satu teman dekat Satria di tim basket. Kalau dia yang bilang, apa mungkin itu benar?

Entah mengapa ada sedikit keraguan yang mulai tumbuh di sudut hatiku. Meskipun aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan ucapan Rina dan Iva, bayangan Satria yang dikelilingi banyak gadis tiba-tiba muncul di benakku. Aku menggelengkan kepala, berusaha mengusir pikiran itu.

"Udahlah, nggak usah dipikirin. Kali aja enggak," kataku, lebih untuk meyakinkan diriku sendiri daripada teman-temanku, dengan santai. Tapi jauh di dalam hati, aku mulai bertanya-tanya.

Hari-hari berlalu, dan hubunganku dengan Satria semakin dekat. Kami sering bertukar pesan, setiap kali ponselku bergetar, aku selalu berharap itu adalah pesan darinya. Dan saat namanya muncul di layar, aku tidak bisa menahan senyum yang otomatis terkembang di wajahku.

Namun, ada yang aneh. Saat kami bertemu di sekolah, entah mengapa kami malah menjadi canggung. Aku sering mendapati diriku salah tingkah saat berpapasan dengannya di koridor. Kami akan saling melirik, tersenyum malu-malu, tapi tidak berani untuk mengobrol berdua. Biasanya dia akan menyenggol teman di sampingnya atau salah tingkah sambil bersembunyi di belakang temannya.

Rasanya aneh, bagaimana kami bisa begitu lancar berkomunikasi lewat chat, tapi begitu kikuk saat berhadapan langsung.

Saat pulang sekolah, aku melihat Satria sedang berlatih basket di lapangan. Tanpa sadar, langkahku terhenti. Aku mengamatinya dari kejauhan, melihat bagaimana ia dengan lincah men-dribble bola, melakukan shoot, dan berlari di lapangan. Ada sesuatu yang membuatku terpesona melihatnya bermain.

"Ciee, yang ngeliatin gebetannya main basket," goda Rina yang tiba-tiba muncul di sampingku.

Aku tersentak kaget, "Gue cuma kebetulan lewat," elakku.

Iva terkekeh, "Halah, ngaku aja, deh. Dari tadi lu ngeliatin Satria terus."

Malam harinya, seperti biasa, Satria menghubungiku lewat chat. Kami mengobrol ringan tentang berbagai hal, mulai dari film yang baru saja dia tonton hingga buku yang sedang kubaca. Lalu, tiba-tiba dia mengirim pesan yang membuatku terdiam.

Satria: Eh

Satria: Boleh nanya sesuatu ga?

Apa yang ingin dia tanyakan?

Jovan: Nanya apa?

Satria: Lu suka sama siapa?

Aku terpaku menatap layar ponselku. Pertanyaan itu begitu tiba-tiba dan sangat to-the-point tanpa basa-basi, membuatku tidak siap. Haruskah aku jujur? Atau pura-pura tidak mengerti?

Jovan: Maksudnya?

Satria: Yaaah ada orang yang lu suka gitu ga?

Aku memutuskan untuk membalikkan pertanyaan itu padanya. Mungkin ini cara yang aman untuk menghindari menjawab langsung.

Jovan: Kalo lu sendiri? Suka sama siapa?

Satria: Hehehe... gue suka...

Satria: Es krim 🍦

Aku mendengus kecil melihat jawabannya. Namun di saat bersamaan ketika aku mengirim pesan, balasan darinya membuatku melongo.

Jovan: Yeuuu

Satria: Lu

Aku terpaku menatap layar ponselku. Apakah aku salah baca? Atau ini hanya lelucon?

Jovan: Hah?

Satria: Iyeee gue suka sama lu

Jovan: Bercanda lu? Dapet TOD apa gimana nih? 😂

Aku tidak tahu harus merespon apa. Tanganku gemetar memegang handphone. Apa yang harus kukatakan? Di satu sisi, aku senang mendengar pengakuannya. Tapi di sisi lain, aku teringat kata-kata Rina tentang Satria yang playboy.

Apakah ini sungguhan? Atau hanya permainannya saja?

Satria: Kaga dong

Jovan: Ohhh

Hanya itu yang bisa kuketik. Aku terlalu kaget dan bingung harus balas bagaimana. Walau pun aku selalu tau situasi diantara kita sangat memungkinkan untuk bersama karena PDKT yang lancar jaya, tapi tetap saja aku tidak bisa berkata apa-apa.

Satria: Maaf yak kalo ini bikin lu nggak nyaman

Satria: Gue cuma pengen jujur aja

Satria: Lu juga nanya kan?

Jovan: Gapapa kok

Jovan: Cuma kaget aja hehe

Satria: Iyee gapapa

Satria: Lu nggak perlu jawab apa apa sekarang

Satria: Kita tetep temenan kan?

Jovan: Iyaaa

Lihat selengkapnya