"Akhh... Tidak... Tolong lepaskan aku!" Demikian lengkingan suara Bu Retno yang saat itu di siksa dan di ruda paksa oleh beberapa lelaki dengan topengnya malam itu.
Beberapa lelaki itu tidak perduli dan tidak hentinya menganiaya dan menyeret Bu Retno dengan kasar sembari melepaskan pakaiannya. Wajahnya yang sudah memar dan juga rambut yang acak-acakan terlihat jelas dimata putrinya Lestari yang saat itu bersembunyi di balik tumpukan karung berisi pakaian bekas. Rasa takut dan juga tenaga yang tidak memadai menjadikan Lestari diam dan hanya bisa menyaksikan Ibunya diperlakukan begitu keji oleh beberapa lelaki itu.
"Maafkan Lestari, Bu!" Bathin Lestari sembari menutup mulutnya agar tidak ketahuan oleh lelaki itu.
Adegan demi adegan terekam jelas dimata Lestari. Hingga tidak sengaja matanya melihat ada satu jari buntung dari tangan seorang dari lelaki dengan tato bergambar kalajengking. Suara dari Bu Retno terdengar mulai melemah. Beberapa lelaki itu juga telah puas melepaskan hasratnya pada wanita tidak berdaya tersebut.
"Hahh... walaupun sudah mulai menua, namun rasanya masih kesat saja,"ucap si tangan buntung itu.
"Jelas, dong. Suaminya, kan sudah lama mati. Kalau ditanya, dia juga pasti suka. Gayanya saja jual mahal dan sok melawan. Dia melawan juga tidak ada artinya. Lebih baik dia diam dan menikmatinya. Betul tidak?" Jawab seorang yang berada di sampingnya.
"Ha..ha... Kalau sudah puas begini, lebih baik kita pulang. Jangan sampai ada orang lain yang lewat dari lokasi ini," sambung yang lainnya.
Melihat semuanya telah pergi jauh dan lokasi rumah sudah aman, Lestari perlahan keluar dan segera menemui Ibunya yang sudah lemah tidak berdaya.
"Ibu...!" Teriak Lestari sembari menutup tubuh Ibunya.
Lestari yang sudah mulai beranjak dewasa, sudah tahu arti dari perbuatan yang menimpa Ibunya. Air matanya tidak bisa dibendung dan dia memeluk kuat tubuh Ibunya. Tangis Lestari mulai masuk di pikiran Bu Retno. Perlahan matanya yang sudah lebam dan bengkak mulai terbuka melihat kesedihan yang dialami putrinya itu.
"Le..les.tari..!" Ucap Ibunya.
"Iya, Bu," jawab Lestari dengan membalas tatapan Ibunya. Lestari merasa bersalah karena tidak bisa menjaga dan membantu Ibunya.
"Ibu, maafkan Lestari. Sebagai anak, Lestari tidak bisa menjaga dan membantu Ibu. Apalagi mereka itu ada Sembilan orang, Bu," ucap Lestari.
"Putriku, Ibu tidak akan menyalahkan kamu. Lebih baik Ibu yang menjadi korban mereka daripada kamu yang masih suci, Anakku. Lestari, kamu harus kuat dan lanjutkan usaha Ibu. Rasanya, Ibu sudah tidak kuat lagi. Kamu harus bisa jaga diri," ucap Bu Retno.
"Jangan bicara, seperti itu, Bu. Ibu tidak boleh pergi dariku. Hanya Ibu yang aku miliki. Aku akan membalas semua perbuatan mereka, Ibu," jawab Lestari.