Jrakkon

Aryan nanda syahputra
Chapter #3

Target si Jari Buntung

Si penjual kopi sudah tidak ada pilihan. Dengan rasa bersalah yang besar, dia terpaksa mengatakan dimana Lastri tinggal.

Keesokan harinya, si Bos preman sengaja mengatur siasat dan melacak lokasi Lastri. Tidak menutup kemungkinan, seorang anak buahnya yang kebetulan juga sudah lama menaruh hati pada Lastri diikut sertakan untuk melacak lokasi tersebut.

"Komar, kamu yang akan menjadi pemandu kita semua untuk bisa menjalankan aksi pada perempuan sial itu. Bukankah rumah kamu juga berdekatan dengan rumahnya?" Perintah si Gondrong.

"Perempuan yang mana Bos?" Tanya Komar, dengan keheranan.

"Perempuan si penjual cendol itu. Dia harus mendapatkan hadiah yang setimpal dari sifat sombongnya itu," jawab si Gondrong.

"Lastri? Tidak..ini tidak boleh terjadi. Aku tahu, bila Bos sudah marah besar, tentunya Lastri sudah tidak ada ampunan. Bagaimana ini? Aku juga sudah lama menaruh hati pada dia," bathin Komar.

"Komar....!" Suara keras dan lantang kembali bergema. Komar yang menjadi anak buah tidak dapat berbuat banyak selain patuh pada perintah kedua Bos mereka.

Malam itu juga, Komar membawa kedua lelaki sangar itu ke lokasi rumah Lastri. Si jari Buntung merasa heran dan tidak yakin kalau dia akan kembali ke rumah yang sama setelah kejadian yang pernah dia perbuat dahulu.

"Komar, apa kamu tidak salah alamat? Ini, kan..." Ucap Si Jari Buntung.

"Benar, Bos. Ini adalah kali kedua kita kesini. Lastri yang akan menjadi target kita tidak lain adalah anak semata wayang dari Bu Retno yang pernah kita jadikan korban waktu itu," Jawab Komar.

Sontak Si Jari Buntung dan si Gondrong terkejut. Keduanya jadi teringat ucapan Lastri saat mereka ingin meminta cendol itu.

"Pantasan saja, dia tidak mau membungkus cendol itu buat kita. Dia juga berani ingin melaporkan kita pada Polisi. Aku yakin, dia sudah tahu dan mengenal kita. Ini satu masalah besar. Apapun ceritanya, perempuan itu tidak boleh dibiarkan hidup," ucap si Jari Buntung.

Komar jadi semakin tidak enakan. Rasanya, dia tidak sampai hati bila perempuan yang sudah lama dia cintai itu harus menjadi korban dari Bos besarnya. Komar membuat suatu rencana. Dia yakin, rencana dari Bos besarnya tidak akan dilakukan malam itu. Mereka pasti mencari waktu yang tepat untuk menjalankan aksinya.

"Aku harus mengatakan rencana ini pada Lastri. Aku tidak tega bila dia harus jadi korban berikutnya," bathin Komar.

Lihat selengkapnya