"Hah... rasanya hasratku sudah tidak bisa lagi aku bendung. Belum lagi aku membayangkan bagaimana nikmatnya membuka kesucian seorang perempuan yang masih rapat dan kesat," ucap si Jari Buntung.
"Tidak, kamu tidak akan bisa menyentuh aku. Pergi kalian dari sini! Dasar manusia biadap," jawab Lastri dengan lantang.
Sontak amarah Si Jari Buntung semakin membara. Dengan penuh emosi, dia menampar pipi Lastri kiri kanan tanpa ada rasa iba. Rasa sakit begitu terlihat saat Lastri menjerit kesakitan. Belum lagi bibirnya pecah dan hidungnya mengeluarkan darah.
Lastri sudah tidak bisa melawan lagi, si Jari Buntung dengan nafsunya, membuka paksa pakaian Lastri dan meruda paksa menikmati tubuh Lastri hingga Lastri merasakan sakit yang teramat sangat. Tidak hanya Si Jari Buntung, Si Gondrong dan juga beberapa anak buahnya bergiliran menikmati tubuh Lastri dengan paksa dan juga banyak pukulan sadis yang mereka layangkan
Luka di tubuh Lastri terlihat sangat banyak. Tidak jarang luka lebam dan juga kedua mata yang sudah membengkak membuat dia tidak sadar saat dirinya dipaksa oleh lelaki kurang ajar tersebut. Saat setelah semuanya sudah puas, mereka melihat Lastri masih hidup. Sebagai Bos besar, Si Jari Buntung merasa tidak puas. Dia langsung mengambil sebuah balok kayu dan memukulnya pada kepala dan tubuh Lastri.
"Mampus kamu, perempuan tidak tahu di untung. Kamu pikir, kamu bisa main-main dengan kami. Sekarang, pergilah kamu menyusul Ibu kamu!" Ucap Si Jari Buntung.
Tubuh Lastri terkulai lemas dengan bersimbah darah. Luka parah di sekujur tubuh begitu jelas terlihat. Si Gondrong, memastikan dengan memegang tangan Lastri untuk memegang denyut nadinya.
"Dia sudah mati. Sekarang, apa yang akan kita perbuat dengan mayat ini?" Tanya si Gondrong.
"Kalian buang saja mayatnya di jurang sebelah Villa ini. Biarkan saja mayatnya dimakan binatang buas. Tidak akan ada manusia yang bisa menemukan mayatnya. Sekarang juga, pergi buang mayat itu. Setelah itu kita akan pulang ke markas besar kita," jawab si Jari Buntung.
Seperti halnya binatang, mayat Lastri dibuang begitu saja oleh anak buah Si Jari Buntung. Sekujur tubuh terkulai dengan rambut acak-acakan juga balutan luka di sekujur tubuh dibalut tetesan darah yang sudah mulai mengering. Perlahan, ruh dari Lastri keluar dari raganya. Ruh tersebut menangis melihat raganya begitu hancur akibat perbuatan bejat para lelaki yang tidak punya hati tersebut.