"Yaampun kamu berdosa banget!"
-YD-
Setelah membawakan makanan untuk Dara, Juan memberi pesan pada gadis itu untuk tidak keluar kamar sampai Juan memberi komando. Dara iya-iya saja, otaknya terlalu fokus pada makanan yang dibawakan oleh Juan.
"Lo denger kan gue ngomong apa?" Dara hanya manggut-manggut menjawab pertanyaan Juan.
"Ngerti kan ucapan gue?" Dara kembali mengangguk.
"Bener kan?" Kini Dara mulai kesal. Gadis itu menoleh dengan mulut penuh dan pipi yang menggembung. Tatapan tajam ia lempar pada cowok menyebalkan dihadapannya.
"Guhe bukhan alihen! Guhe ngerthi bhahasha mhanusia!" Dara menjawab tak jelas karena mulutnya masih penuh dengan makanan.
Juan memundurkan tubuhnya, ia menatap Dara jijik, "Jorok anjir! Abisin dulu itu makanan di mulut lo!"
Dara mengunyah cepat lalu menelan makanan yang ada di mulutnya, "Ya abis lo banyak nanya! Udah tau gue lagi makan!"
'Lah nyolot ni bocah!'
"Yaudah, lo abisin dah itu makanan! Inget ya, jangan keluar kamar!" Juan memperingati Dara untuk kesekian kali nya.
"Iya-iya! Banyak bacot ya anda!"
Juan berusaha menahan emosinya. 'Ni anak gak punya adab ya emang! Akhlak less!'
Setelah mengumpat dalam hati, Juan segera keluar dari kamar Dara. Kalau dipikir-pikir, Juan belum memperkenalkan dirinya pada Dara kan? Ah! Untuk apa memikirkan itu? Toh tidak penting juga.
Memang hanya otak yang berpikir begitu, nyatanya Juan kembali masuk ke kamar Dara. Dara yang melihat Juan masuk ke kamar yang sedang ia tempati hanya memberi tatapan bingung pada Juan.
"Nama gue Juan."
"Terus?" Dara mengangkat sebelah alisnya.
"Yaudah, gue cuma ngasih tau."
"Oh."
Juan tersenyum gemas. Jika saja Dara ini laki-laki, dan mereka sedang berada di luar rumah, Juan akan dengan senang hati memberi memar-memar pada wajahnya.
"Inget jangan keluar!"
Dara mendelik, tak ada habis-habisnya Juan memperingatkan Dara soal itu. "Lo tau gak, panas telinga gue dengernya!"
Juan berdecak, "Awas kalau lo langgar!"
Dara tidak menjawab lagi, sedangkan Juan akhirnya memutuskan untuk keluar lagi dari kamar Dara.
•••
Juan terlihat fokus pada layar laptop dihadapannya. Ditemani oleh dua makhluk hidup yang tak berguna dan hanya numpang nama. Walau begitu, Juan lebih suka berteman dengan mereka, no drama! Mereka itu apa adanya.
"Jun, ini kacang nya gue abisin ya," pinta Yudis sembari mengangkat toples berisi kacang yang tinggal sedikit karena terus Ia cemili.
Juan menganggukkan kepala tanpa menoleh. Ia sedang sibuk mengurus makalah kelompoknya.
"Makan mulu lo bisanya! Bantuin napa!" Damar berseru sambil merapikan kertas-kertas yang diacak-acak oleh Juan.
Juan memang begitu jika bekerja, pasti berantakan.
"Yaelah, cuma mungutin kertas aja bangga!"
"Ya seenggaknya gue ada kerjaan! lu ada?!"
"Adalah! Nih makan kan juga suatu pekerjaan."
Damar tersenyum gemas lalu memukul kepala Yudis dengan tumpukan kertas ditangannya.
"Sakit anj-"