Juanna,Stop Playboy!
♧Prolog♧
Lebih baik menjadi budak cinta, yang akan menentang logikamu sendiri,
Atau jadi jomlo yang bebas, tapi malam minggu nggak ada bedanya sama malam-malam lainnya.
atau lain lagi, menjadi playboy yang sudah jelas diincar dan diperjuangkan?
Karena terkadang, diperjuangkan, jauh lebih menyenangkan daripada harus berjuang tanpa tahu kepastian.
♧Juanna Alaska♧
"Untung gue gak sebucin lo-lo pada."
"Iya nggak bucin. Tapi lo playboy."
"Playboy itu keren loh. Cowok yang lebih bermodal dan nggak perlu tau yang namanya, rasa sakit hati. Jadi nggak bisa tuh, diperbudak cinta, hingga rela menghilangkan logika kalian buat satu cewek yang mungkin ngelirik kalian aja ogah."
"Emangnya kenapa sih, lo memilih jadi playboy?"
"Ya, karena jomlo itu kesepian. Tapi kalau cuma punya pacar satu itu ngebosenin. "
Aku terus berjalan santai menelusuri koridor sekolah. Berjalan bersama Bastian dan Raja menuju kelas bersama. Hingga seorang cewek dengan rambut dikuncir kuda, tak lupa topi berwarna biru tua di atasnya menabrakku hingga terjatuh ke lantai.
"Duh." ringis cewek itu kesakitan. Sementara aku yang biasanya menyukai perempuan, mendadak ilfil saat melihat gaya dan sikapnya yang tomboy. Dan membuat selera dan moodku menghilang seketika.
"Punya mata gak sih lo. Jalan itu pake mata!" teriakku membuat Bastian dan Raja membelalakan mata mereka karena saking terkejutnya melihatku yang tidak seperti biasanya kepada semua cewek normal.
"Loh. Ko, lo sih yang nyolot. Yang ada lo yang nabrak gue. Sekarang cepet minta maaf!" Sahut cewek itu tak kalah garangnya.
"Minta maaf. Lo aja kali. Lagian, ngapain gue harus minta maaf. Gak penting amat." Tolakku mentah-mentah.
"Yeh. Udah salah, nyolot, gak mau minta maaf lagi. Dasar lo,cowok so ganteng. Muka gak seberapa juga" Umpat cewek itu kesal dan berlalu ke arah yang berlawanan. Mungkin ruang guru, tapi entahlah, aku tidak mau memperhatikannya.
"Dasar cewek so-jagoan lo." Teriakku sekencang mungkin agar cewek itu mendengarnya.
Sementara Bastian dan Raja hanya menggeleng pelan. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju kelas.
"Berani banget dia sama lo Jun." Ucap Bastian
"Iya. Perasaan selama ini belum ada yang berani sama lo. Apalagi cewek." Timpal Raja.
"Dia belum tau aja siapa gue. Liat aja nanti," sahutku lalu kembali melanjutkan langkah menuju kelas 11 IPA 1.
Kelas yang awalnya hening, berubah gaduh saat aku memasuki kelas.
"Hei Juanna. Nanti malem, jadi kan nge-date." sementara aku hanya mengangguk malas karena insiden barusan.
Juanna ganteng