Cinta itu nggak salah, yang salah itu saat kita tidak bisa saling menjaga perasaan.
Sementara aku sendiri, nggak mau jatuh terlalu dalam. Dan setelahnya, diberi gelar mantan.
Maka dari itu, aku ada diantara jomlo dan pacaran. Alhasil, jadilah seorang playboy kece yang tak perlu takut akan kata patah hati.
Dan hanya akan diperjuangkan tanpa harus memperjuangkan seseorang yang mungkin nantinya akan menjadi jodoh orang.
《÷💘_💘÷》
"Berhenti!" teriak bapak Kurniawan yang menyadari keributan antara aku dan Alaska di kantin sekolah. Sementara kantin semakin ramai menyaksikan antara aku dan Alaska yang terlibat pertengkaran.
Parahnya lagi. Bukannya meleraiku dan Alaska. Mereka semua, siswa yang ada di kantin atau sekedar berlalu lalang hanya menonton tanpa menolong.
"Kalian bisa tidak? jangan buat onar di sekolah!" pinta bapak Kurniawan.
"Kamu juga. Anak perempuan, tapi mainnya pukul-pukulan." Sambung pak Kurniawan. Membuatku puas mendengar Alaska yang di omeli.
"Dan kamu Juanna. Kamu itu anak pemilik sekolah, bukanya memberi contoh yang baik untuk teman-teman kamu yang lain, ini malah berantem sama teman sendiri." Kini Alaska menjulurkan lidahnya ke arahku, sementara aku hanya menatapnya sinis.
"Dia bukan teman saya pak!" sergahku yang tidak sudi disebut, berteman dengannya. Berbicara sambil menahan rasa nyeri akibat pukulan dari Alaska.
"Tetap saja. Kalian tidak boleh bertengkar dan membuat keributan di sekolah." Timpal pak Kurniawan.
"Maaf pak. Tapi Juanna yang sudah keterlaluan. Saya hanya ingin memberinya pelajaran. Maaf sudah menyebabkan keributan." Ucap Alaska dengan nada meyakinkan.
"Apa sih. Lo kali, yang mulai duluan." Sahutku tidak terima, sembari menahan luka di sudut bibirku karena pukulannya.
"Lah. Asap gak akan muncul kalau nggak ada api." Bela Alaska kepada dirinya sendiri. Tanpa merasa bersalah sedikit pun. Hingga Jingga tiba-tiba datang, berjalan ke arahku dan Alaska.
"Alaska. Lo ngapain Juanna?, sampai bibirnya luka gini." Ucap Jingga seraya melihat luka di sudut bibirku. Lalu menatap cemas ke arahku.
"Maaf pak, atas semua keributan ini. Saya janji, ini tidak akan terulang lagi.
"Maaf. Sekarang, bisa tolong tinggalkan kami pak." pinta Alaska yang membuat pak Kurniawan berpikir beberapa saat kemudian.
"Ya sudah. Tapi keributan ini jangan sampai terulang lagi. Jika terjadi hal sama. Saya tidak segan-segan memasukan kalian berdua ke ruang Bk." Sahut pak Kurniawan, lalu melenggang, berlalu pergi. Kini Alaska angkat bicara.
"Gimana sih lo, Ji. Juanna itu udah campakin lo. Dan lo masih mau bela dan tolong dia. Bucin tau gak lo."
"Gue ngelakuin semua ini, demi lo. Biar ini orang nyadar, kalau dia salah." sambung Alaska sembari menunjuk ke arahku dengan penuh amarah. Kemudian pergi meninggalkan aku dan Jingga berdua. Sementara semua siswa yang berada di kantin kembali fokus pada aktivitasnya masing-masing.
Jingga berjalan lebih dekat ke arahku. Lalu memintaku untuk duduk. Kemudian ia mengompres lukaku dengan sangat hati-hati.
"Aw." ringisku membuat Jingga terlihat sedikit cemas. Sementara aku hanya tersenyum menenangkan. Dia pun bangkit dari duduknya setelah selesai mengobatiku. Dengan membawa satu wadah kompresan, ia berniat mengembalikannya kepada penjual kantin.
"Ji." Panggilku lirih. Jingga yang sudah jalan beberapa meter dariku, membalikkan badannya. Tersenyum untukku.
"Apa Jun?" sahutnya seraya menunggu jawaban dariku dan tetap diam di tempatnya berdiri.
"Makasih. Kamu masih maukan jadi pacar aku?aku gak jadi putusin kamu." Ucapku, entah mengapa. Seakan ada yang berbeda untuk saat ini, ketika berada di dekat Jingga. Sementara matanya tiba-tiba berbinar dan mengangguk pelan.
Hingga aku mendapati Alaska yang mengintip di balik dinding, di ambang pintu kantin. Wajahnya menunjukan bahwa keputusan Jingga itu salah.
"Ji. Lo tuh bener-bener dibutakan sama cinta ya. Lo gak inget beberapa menit lalu. Juanna udah bikin lo nangis, karena lo diputusin dan dipermaluin di depan teman sekelas!" teriak Alaska panjang lebar, dengan sangat jelas mengucapkannya. Membuat Jingga yang tidak menyadari kehadirannya seketika menoleh ke arah Alaska.
《÷💘_💘÷》
Aku menelusuri setiap koridor-koridor kelas, mencari keberadaan Raja, Geryy dan Bastian. Pasalnya, saat insiden itu berlangsung, mereka tiba-tiba pergi entah kemana.
Namun, hingga beberapa menit berlalu. Aku tidak juga menemukan keduanya, barangkali batang hidungnya sedikit pun. Hingga dua orang, menepuk pelan bahuku dari belakang. Aku pun menoleh ke arah tepukan itu berasal.
"Kalian? Sengaja yah, ngilang gitu aja. Lihat tuh! jadi luka kan gue." Seruku dengan wajah garang. Membuat keduanya bergidik ngeri. Sembari memperlihatkan luka di sudut bibirku.