Juanna, Stop Playboy!

Ajensha
Chapter #5

♧Hitung kancing♧

1

2

3

Ku hitung kancing seragam putih abuku. Lalu menyilang pilihan jawaban dari a,b,c,d. Hingga pak Purwanto yang jadi pengawas hari ini pergi meninggalkan kelas.

Saat ini adalah waktunya untukku beraksi. Berhubung Alaska juga masih sangat fokus dengan hitungan pada buku kecilnya. Sesekali ku senggol siku teman perempuan yang duduk dimeja samping kiriku. Aku mengedipkan mata dengan genit.

"Eh Tania. Kamu hari ini cantiknya melebihi bidadari ya." rayuku, lalu terkekeh pelan. Sementara Tania hanya menatapku dengan matanya yang penuh harapan.

"Serius? Baru kali ini deh ada cowok yang bilang kalau aku cantik." Teriaknya sedikit kencang, agak girang. Aku yang tidak ingin Alaska tahu, mengisyaratkan agar Tania berbicara lebih pelan.

"Iya. Tapi aku boleh liat jawaban kamu." Pintaku dengan senyum semanis mungkin. Ia pun mengangguk lalu memberikanku selembar kertas berisi jawaban-jawaban soal. Ya, dia memang cukup pintar mengenai pelajaran fisika.

Segera ku silang jawabannya dengan menggunakan bolpoint hitam. Lalu memberikan kembali lembar jawaban itu kepada Tania.

"Makasih Tan."

Hingga pak Purwanto kembali ke kelas. Dengan perasaan lega, akhirnya aku bisa mentuntaskan jawaban soal pelajaran fisika.

Untuk mengisi sedikut waktu yang tersisa. Ku keluarkan buku catatan untuk menghitung yang kini ku pakai untuk melukis.

Aku tidak memikirkan hal apa yang harus ku lukis saat ini. Hanya saja, aku menggores pensil itu dari bentuk ke bentuk menggunakan hati. Hingga wajah familiar itu tergambar dengan sangat indah dan anggun. Rambut panjang dengan poninya, tidak lupa kacamata yang membuatnya kelihatan lebih manis.

Tanpa aku sadari. Alaska sudah menyelesaikan aktivitasnya mengisi lembar soal. Kini matanya menatap ke arah lukisan yang baru saja selesai aku gambar.

"Itu, bukannya Jingga ya." Goda Alaska seraya menyenggolku dengan sangat kencang. Hingga aku pun terjatuh ke lantai.

Melihat aku yang terjatuh. Dan suara jatuh yang begitu keras. Seisi kelas menatapku dengan tatapan beraneka ragam.

Ada yang menatapku kasihan. Bahkan ada pula yang tertawa di atas penderitaanku. Terutama para teman laki-laki yang mungkin beranggapan bahwa ini adalah sebuah lelucon yang pantas untuk ditertawakan.

Dengan wajah memerah. Antara menahan rasa nyeri dibagian belakang punggungku. Dan yang lebih banyaknya adalah menangung rasa malu.

Ku lihat Alaska bahkan mentertawaiku dengan sangat seenaknya. Aku pun menarik telapak tangan Alaska hingga dia terjatuh tepat di depanku dan berada di atas tubuhku.

Aku dan dia pun segera bangkit terduduk dengan perasaan canggung dan malu.

"Patah ini tulang gue." Teriakku dengan nada menyalahkan. Sementara Alaska kembali duduk di tempatnya.

"Jatuh segitu aja lebay." Alaska tersenyum kecut ke arahku. Lalu mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Sementara aku dengan kasar menepis tangannya.

《÷💘_💘÷》

"Ada yang mau di lukis gak, wajahnya? tenang, gratis ko. Nanti Juanna yang gambarin buat kalian." Alaska memamerkan lukisanku kepada teman-teman sekelas. Lukisan wajah Jingga yang membuat Alaska berpikir bahwa aku sebenarnya menyukainya.

"Jingga. Liat deh. Alaska ngegambar muka kamu nih." Seru Alaska yang berhasil membuatku malu di hadapan Jingga yang tersenyum tulus.

Lihat selengkapnya