Dua minggu setelah kejadian itu, kang Asep hilang kayak ditelan komodo. Dia hilang seolah-olah dia emang gak pernah ada. Apa mungkin dia cuma tokoh imajinasi gue? Apa dia setan yang menyamar jadi manusia buat bikin gue terpuruk?
Gue coba terus belajar untuk menerima kejadian ini dengan lapang dada, meskipun kagak mudah emang. Gue cuma manusia biasa yang bisa sakit dan kecewa. Melalui belajar menerima ini, gue harap gue bisa tetap melanjutkan hidup dengan optimis dan tidak terus terpuruk.
Gue harus bangkit. Ini bukan akhir dari segalanya. Harus percaya kalau ini adalah awal gue memulai hidup baru sebagai jomlo fisabilillah.
“Lehaaa, sini Lu”
Babeh memanggil gue yang lagi asyik berbincang sama pikiran gue.
“Iya, Beh. Kenapa?”
Entah kenapa gue lihat ada raut kekhawatiran di wajah babeh. Gak mau menerka-nerka tapi gue coba tanya langsung aja.
“Babeh kenapa? Sakit?”