Gue baca setiap kata dan gue pastikan kaga ada satu kata pun terlewatkan. Ini tuh beneran gue kayak baca proposal ta’aruf yang gue buat sendiri, terus gue kasih judul: “Contoh proposal ta’aruf idaman Juleha.”
Ya Allah, ini isinya beneran si Umar bukan sih? Kok semua yang dia lakukan, kebiasaan, prinsip, dll itu persis kayak yang gue pengen. Dan semua yang buruk juga gue bisa maklumi. Bukan buruk sih, tapi ya semacam kelemahan dia yang gak bisa makan ikan air tawar misalnya.
Sebelum cerita ke Nyak, gue salat istikhrah dulu. Ya kalo gue gak yakin, bisa gue sudahi aja tanpa harus melibatkan enyak, pikir gue.
Tapi setelah beberapa kali salat istikharah gue malah jadi tambah yakin dan gue dapat mimpi dari babeh yang lagi senyum menatap gue. Ntah apakah itu artinya babeh juga setuju dengan si Umar ini?
Baiklah. Setelah mengumpulkan keberanian dari berbagai super hero, gue cerita ke enyak dari awal Umar kasih proposal ini ke gue. Gue minta enyak baca proposal ini dari awal sampai selesai.
Enyak pun membaca dengan seksama. Gue menunggu sambil deg-deg-an.
“Terus perasaan Lu gimana setelah baca proposal ini?” Tanya enyak yang memecahkan keheningan malam.
“Leha udah salat istikharah, Nyak. Terus perasaan Leha kayak yakin gitu sama Umar.”
“Bang Umar, Leha. Mulai sekarang Lu musti biasaiin panggil Bang Umar, kan itu dah calon suami Lu.”
“Iiihhh Nyaaaaakkkkkk apaaaannn siiiihhhh.” Gue langsung cubit enyak kenceng-kenceng.
“Duuuhhh, duuuhhh sakiitt, ampooooonnn.”
“Eh jadi kapan Lu mau ngabarin Bang Umar? Jangan kelamaan Leha nanti keburu kabur.”
“Emang Nyak udah setuju nih?”
“Yaelaaahhhh masih nanyaaaa. Ya setuju lah, Ha. Orang tua mana yang kaga setuju dapat calon mantu kayak si Umar.”
“Oke deh, Nyak. Leha kabarin sekarang ya. Bismillah.”
Gue kirim pesan singkat yang menyatakan bahwa gue siap melanjutkan proses ta’aruf ini. Umar pun membuat sebuah grup chat yang berisi gue, enyak, ibrahim, tante Cut dan tentunya si Umar. Kata Umar, kalau gue dan Umar perlu komunikasi bisa melalui grup chat tersebut untuk menjaga agar tidak terjadinya zina di dalam chat sebelum hari pernikahan.
Sejak proses ta’aruf, enyak dan tante Cut jadi sering teleponan. Satu hari bisa berkali-kali. Gue lihat wajah enyak berseri-seri. Rasanya, baru kali ini gue lihat enyak sebahagia ini setelah kepergian babeh. Oh iya ya, jadi inget gue. Jadi siapa yang jadi wali nikah gue nanti ya? Gue mulai diskusi dengan enyak. Dan enyak pun bergegas menghubungi adiknya babeh yang tinggal di Surabaya untuk jadi wali nikah gue.
Ya, proses ta’aruf sudah selesai dan gue secara tidak langsung sudah dikhitbah oleh Umar, eh Bang Umar maksudnya. Haha. Gak nyangka gue bakal kawin dengan abang-abang.
Besok malam, rencananya keluarga Bang Umar akan datang melamar atau mengkhitbah gue secara resmi. Sekalian membicarakan acara pernikahan.