Juli

Ristiana Indah Berliana
Chapter #2

Rasa

Surya merindukan planet biru, muncul menyentakkan langit cerah berselimut awan putih yang cemerlang. Bersinar dalam senyumya, alunan sang bayu tak terelakkan pada bulan awal Juli. Kawanan burung muncul berterbangan dengan arah yang diatur, menuju barat atau timur, sesuka hatinya. Bertengger dengan erat pada seranting pohon randu di depan sekolah, berkicau dengan kilah bahasa yang tak dimengerti oleh manusia tetapi satu yang di tangkap,kemerduannya.

Hari cerah memulai kegiatan yang diharapkan cerah sesuai dengan keadaan alam. Hari dimana anak-anak pertama masuk sekolah jenjang SMA bagi kelas satu. Dara berdiri dibelakang jendela bangunan berlantai dua dengan merasakan senyum-senyum sendiri melihat anak-anak kelas satu yang senang masuk ke SMA. Bukan karena ingin mengerjai atau membuat perundungan kepada anak kelas satu, tetapi ia melihat ada sesosok ibu yang mengantarkan anaknya menaiki tangga pendidikan selanjutnya. Bersalam pamitan, kecupan di kening, dan pelukan hangat yang Dara lihat dalam kesenduan. Sudah lama ia merindukan perlakuan yang amat haru baginya. Situasi tersebut mengingatkan ia pada dua tahun yang lalu saat ia masuk SMA sebelum takdir kematian memisahkan ia dengan malaikat tak bersayap itu.

Menatap dengan kelamunan dan keluguan, tangis pecah tak terungkap. berderai air jatuh membasahi pipi yang merah merona tetapi Dara sempat tersenyum melihatnya. Fokus penatapannya kini teralih pada sekumpulan siswa/siswi yang berlalu lalang di jalan menuju koperasi ataupun menuju kelas masing-masing. Melihat senda gurau yang amat mendalam pada awal Juli ini. Dara senang melihat dari atas gedung ini, ia dapat melihat gedung-gedung di depannya yang bercakar langit dan kendaraan yang berlalu lintas di jalan memenuhi area aspal.

Mata indah dengan bola mata bulatnya kini melihat sosok pria yang bertubuh tegak, tinggi dengan kulit yang putih bak bule, dan menawan bagi seorang wanita. Rambut hitam legam nan eksotik menjadi keirian sendiri bagi kaum sebangsanya, menjadi buah bibir yang terelakkan se-kampus area SMA. Semua mata yang berada di bawah maupun di atas gedung tertuju padanya.

Ia berjalan menuju ke kelas yang dia tempat selama setahun terakhir. Menggendong tas hitam besar seperti akan bercamping menjadi andalannya, berfikir jika anak tersebut juga lah rajin dan pandai. Semilir bayu menghembus dan melewati dinding telinganya sembari membisikkan kata yang membuat Rizky menoleh ke atas gedung berlantai dua mengarah ke jendela, tengoklah di sana, Ia menunggu dan meilhat mu!.

Mata Dara tak dapat terelakkan dari tatapan Rizky yang menoleh dengan kilat. Angin bersuara membuat semilir sejuk dalam peraduan, burung-burung bernyanyi mengadakan konser dadakan yang menambah rasa itu muncul. Perasaan apa ini? Kenapa dia menatap ku?

"Dara! (mendorong tubuhnya)",

"(menoleh) Ah Rosa kamu mengagetkanku saja", telak Dara yang merasa kaget atas dorongan dan kedatangan Rosa secara tiba-tiba. Mata nya kembali tertuju pada berlian di bawah yang masih memusatkan matanya kembali.

"(melihat kebawah) Kamu lihat apa?", Rosa mengambil alih tempat jendela dan ikut melihat kebawah. Tetapi hasilnya nihil dan tidak ada apa-apa di bawah.

Kelegaan yang di rasakan Dara terjadi seketika. Seakan-akan ada hal yang terjadi di antara dia dan Rizky sang ketua OSIS.

"Hayo! Kamu lihat apa tadi? Ngaku nggak?", tanya Rosa sembari memberikan rasa kelitik yang amat geli di bagian perut Dara, membuat Dara ketawa tak terkendali.

Lihat selengkapnya