Kita tidak memerlukan sesuatu yang sempurna, cukup dengan berproses menuju kesempurnaan itu, maka inshaallah, cahaya akan selalu menghidupkan hati kita
***
Di kalangan pemuda hijrah, nama Hamzah Anshari terkenal sebagai salahsatu hafiz yang dijadikan idola. Pasalnya pemuda berusia 21 tahun itu selain mampu menghafal 30 juz alquran, saat ini tengah menempuh pendidikan tinggi di Al-Azhar Cairo, Fakultas Ushuluddin, jurusan Tafsir dan ‘Ulumul Quran semester 3.
Gelar hafiz yang disematkan pada Hamzah bukan kaleng-kelang. Sejak kecil Hamzah memang dididik untuk senantiasa menanamkan nilai-nilai alquran. Tidak heran jika di usia enam belas, pemuda itu telah menyandang gelar hafiz.
Libur musim panas di Al-Azhar dimanfaatkan Hamzah untuk pulang ke Indonesia. Dia mengisi waktu liburnya dengan produktif. Mulai dari mengikuti kajian ilmu bersama para pemuda hijrah sampai mendampingi abangnya yang merupakan seorang motivator dan aktivis dakwah. Namun, entah bagaimana permulaannya, video Hamzah yang tengah mengumandangkan azan di masjid tempat mereka kajian tersebar luas di internet.
Akun Instagram Hamzah yang semula hanya diikuti 734 orang meningkat menjadi 9.5K. Video azannya berseliweran baik di feed maupun exploreInstagram, tidak terkecuali Youtube. Hamzah bahkan diundang ke stasiun televisi. Acara Rempong DTV yang selalu memanggil orang-orang yang sedang hits dan viral. Akun Instagram Hamzah menjadi semakin ramai.
Satu minggu ini bahkan banyak sekali netizen yang menandai akun Hamzah disandingkan dengan akun seorang selebgram, Raccel Amora. Selebgram yang baru-baru ini mengubah penampilannya dengan balutan hijab. Banyak komentar yang mendoakan mereka supaya berjodoh. Misalnya: “Cocok banget kalian”, “Udah ka@raccelaofc terima aja mas @ansharihamzah”, “Semoga kalian idolaku bejodoh!!”.
Hamzah tersenyum geli, tapi bukan karena membaca cuitan para netizen. Seketika Hamzah teringat pertemuan terakhir dengan selebgram itu minggu lalu. Gadis itu lari terbirit-birit begitu mengetahui Hamzah mendengar cicitannya. Hamzah geleng-geleng, padahal kalau memang Raccel mau, Hamzah siap mengkhitbah gadis itu. Apalagi sebagian sahabat Hamzah adalah pionir gerakan nikah muda.
Iseng Hamzah mengklik akun Raccel. Memperhatikan postingan gadis itu yang selalu dilengkapi kata-kata mutiara. Sepertinya Raccel memang sudah berubah. Dia tidak lagi menjadi selebgram yang penuh kontroversi. Hamzah tahu karena dia memang aktif di sosial media. Tebersit rasa kagum dalam hatinya. Hamzah mulai bertafakur, sebelum kemudian mengklik fitur direct message.
“Bismillah,” lirihnya.
***
ansharyhamzah
Bismillah. Aku serius dengan perkataanku waktu itu. Kalau aku ajak kamu nikah muda, apakah bersedia?
“Astaga!” Raccel melompat dari kasurnya. Pesan macam apa ini? Biasanya Raccel jarang mau membuka permintaan pesan masuk. Namun, melihat nama lengkap Hamzah di bar notifikasinya, Raccel buru-buru membukanya.
“Ini akun asli atau palsu?” gumamnya sambil mengklik akun profil tersebut. Mulut Rachel menganga begitu menyadari akun itu benar-benar asli milik si hafiz tampan! Astaga! Astaga! Astaga! Raccel mondar-mandir tidak jelas. Apa yang harus Raccel lakukan? Raccel mengetuk-ngetukan ponselnya pada telapak tangan. Jujur Raccel terkejut, tapi di sudut hati yang paling dalam dia merasa senang.
“Kak Nia!” pekiknya seraya berlari ke balkon yang tepat berada di depan kamarnya. Rumah Raccel dan rumah Kania memang bersebelahan. Begitu pun dengan kamar mereka yang bersisian. Kalau mereka sedang malas naik turun tangga, membuka dan menutup pagar keduanya akan saling berteriak di atas balkon. Entah Raccel atau Kania yang memulai.
“Kak! Kak Nia!” teriak Raccel tidak sabar. “Woy! Kak Nia! Adek lo yang cakep, nih, manggil.”
Kania yang sedang tersedu menonton drama korea menggeram kesal. Buru-buru Kania menyambar mukena dan berlari keluar saat Raccel terus-terusan memanggil namanya. Belum sempat Raccel mengutarakan keinginannya, Kania menjerit melihat penampilan sepupu tersayangnya.
“Astagfirullah Rachel! Baju lo!” omel Kania mengabaikan binar mata gadis itu yang berubah cerah saat melihat dirinya keluar.
“Baju gue?” Raccel memperhatikan penampilannya. “Kenapa dengan baju gue?” Rasanya tidak ada yang salah. Memang Raccel terbiasa memakai pakaian seperti ini saat bersantai di rumah. Tengtop dengan hot pants.
“Pakai jilbab kalau lo lagi di luar! Atau pake mukena, nih, kaya gue.”