"Makasih."
Yura turun dari motor Arkan yang berhenti di depan flat house Yura, ini kali pertama Yura diantar oleh seorang pria. Pria itu lantas tersenyum senang, "nanti aku bisa anter jemput kamu kok." Tawarnya.
Arkan turun dari motornya lalu menghampiri Yura yang masih setia berdiri di depan flat house nya. "Gausah, makasih. Mau masuk dulu? Nanti aku buatin makan malem buat kamu."
Pria itu mengangguk sebagai balasan lalu memasuki flat house nya Yura yang sepi karena adik Yura entah pergi kemana sejak pagi sampai sekarang--langit mulai gelap. Arganta memang seperti itu, ia suka ngelayab sampai pagi hari tiba.
"Kamu hidup sendiri?" Arkan mulai bertanya saat dirinya menduduki salah satu kursi di dekat meja makan yang sudah tentu isi meja makan itu kosong.
"Tidak, aku hidup bersama adikku." Ucap Yura sambil mengeluarkan beberapa sayuran lalu memotongnya.
"Adik kamu di mana?"
"Ummm--maaf banyak nanya." Lanjut Arkan yang matanya tak lepas memandang Yura yang membelakanginya. Arkan hanya bisa melihat punggung kecil dihadapannya yang sibuk mengaduk semua sayuran dan mienya.
Yura terdiam sejenak, memikirkan apa perlu ia membahas adiknya ini pada Arkan--pria yang baru dikenal beberapa jam yang lalu.
"Ia pergi main." Bohong. Yura memang bohong, Arganta tidak punya teman sama sekali. Ia hanya hidup untuk berada di klub malam dan menghabiskan uang Yura secepat membakar uang. Hangus begitu saja.
Pria itu hanya ber-oh-ia saja lalu tak lama kemudian Yura datang dengan dua mangkuk berisi ramen pedas. "Uhh. Ramen pedas! Tahu saja apa kesukaaanku." Sahut Arkan dengan girang saat Yura menghidangkan makanan sederhana itu di atas meja yang biasanya kosong tanpa makanan.
Hanya denting jam yang terdengar. Mereka saling terdiam tanpa berani menatap satu sama lain sampai pintu flat house pun terbuka lebar.
"Aku pulang~" pria dengan langkah yang sempoyongan itu buru-buru menghampiri Yura yang akan menghampirinya juga.
Plak
"Cepat beri aku uang! Aku mau lagi~" Arkan pun ikut menengahi kakak beradik itu, sementara Yura memegang pipi kirinya yang memanas akibat tamparan tadi.
Mata sayu Arganta jatuh menatap Arkan dari atas sampai bawah, lalu alis kanannya terangkat. "Kamu siapa?!" Tangan Arganta mencengkram kerah kemeja putih Arkan hingga pria yang remat kerahnya bahkan kesulitan bernapas.
"Lepasin, tolong. Ini--ini uangnya dan kamu pergi sekarang." Yura menyerahkan isi dompetnya pada Arganta--adiknya. Pria yang berstatus sebagai adiknya Yura pun dengan senang hati melepas rematan kuat di kerah kemeja Arkan yang menjadi agak lusuh.
Tanpa terimakasih atau apa, Arganta melegangkan kakinya pergi dari flat house itu dan kini tersisa mereka berdua yang masih menatap pintu yang terbuka lebar.