Arkan benar-benar menepati janjinya untuk mengantar Yura ke perpustakaan bersama. Lebih tepatnya, mereka berangkat bersama setelah melakukan sarapan bersama di flatnya Yura. Untung saja persediaan roti dan selai masih ada, jadi Yura tak perlu repot-repot pergi ke minimarket dulu untuk membeli sarapannya.
Di perjalanan menuju perpustakaan mereka berdua lebih banyak diam.Yura yang masih setia menatap keadaan jalanan kota Seoul dan Arkan yang sibuk mengunci pandangan ke jalan raya yang lumayan padat.
Tapi padatnya jalanan kota Seoul tak dapat membuat motor Arkan banyak terhenti di jalanan. Mereka bahkan tidak terlambat saat mereka sampai perpustakaan.
Yura turun dari motor Arkan lalu melepas helm dan memberikannya pada Arkan. Yura lebih dulu memasuki perpustakaan yang masih sepi pengunjung itu. Langkah kakinya kemudian pergi ke ruangan khusus staf untuk meletakan tas di lokernya.
Arkan pun sampai di lokernya lalu meletakkan tasnya di dalam loker dan menghampiri Yura. "Hmm... Apa aku boleh bertanya tentang adikmu?" Tanya Arkan dengan nada ragunya. Yang tentunya itu mengundang rasa penasaran Yura lalu tangan kurus Yura menutup lokernya pelan dan menatap Arkan yang menunggu jawaban dari Yura. "Bertanya apa?"
"Mengapa adikmu sering sekali memintaimu uang? Apa yang adikmu beli? " Manik Yura turun menatap sepatu usangnya lalu menghela napas teratur. Apa ia harus jujur pada Arkan?
"Adikku suka jajan." Ketahuilah, ini adalah jawaban terbodoh yang Yura lontarkan pada pria yang berusia 2 tahun lebih tua darinya. Jelas-jelas terlihat Yura itu bohong pada Arkan.
Pria yang berumur hampir 22 tahun itu menahan gelak tawanya setelah mendengar jawaban Yura. "Jajanan apa yang adikmu beli sampai-sampai hobi sekali menampari pipi gembil kamu ini?"
Tangan Arkan bergerak mengelus lembut kedua pipi Yura. Jangan tanya bagaimana perasaan Yura saat ini, ia sangat senang dengan perlakuan Arkan yang satu ini. Ya tuhan, jantung Yura hampir lompat karena saking deg-deg an setengah mati.
Yura menepis kedua tangan Arkan yang masih menempel pada kedua pipinya. "Ishh, malu tau diliatin." Kedua pipi Yura jadi panas begini, padahalkan Arkan tadi sedang bertanya serius pada Yura. Bukan sedang menggombali Yura.
"Lagian, jawaban kamu aneh. Adik kamu suka jajan alkohol, hm?"
Lantas kepala Yura pun mengangguk. Pantas saja adik Yura sering sekali memintai Yura uang saja saat Yura pulang kerja. Rupanya, adiknya sudah candu sekali dengan air haram itu.
"Selain namparin pipi kamu, apalagi yang adik kamu lakukan agar bisa mendapatkan uang darimu?" Kali ini ekspresi Arkan terlihat serius menatap manik kelam Yura. Gadis itu sadar percakapan ini akan menjurus tentangnya dan adiknya maka dari itu Yura berusaha membelokkan keadaan agar Arkan tidak ingin mengetahui lebih banyak tentangnya dan juga Arganta.