Sudah hampir tiga puluh menit mereka mencari sebuah buku bersampul hijau di semua area perpustakaan. Mereka bahkan harus mencari buku itu terpisah agar dengan cepat buku itu akan segera ditemukan. Tapi, pergerakan mereka sedaritadi tidak membuahkan hasil sama sekali. Setelah itu, mereka memutuskan untuk menyudahi dulu dan mereka akan bertemu tepat di sebelah barat perpustakaan (area di mana buku Yura hilang).
"Bagaimana? Apa kamu menemukan buku itu?" Yang ditanyai itu hanya menggeleng saja sambil berkacak pinggang. Yura benar-benar sudah menyerah dan putus asa, bagaimana bisa buku diary itu bisa hilang begitu saja. Mata Yura pun menelisik ke atas apa di sana terdapat cctv, namun ternyata di atas sana tidak terdapat cctv.
Hal itu berhasil membuat kening Yura berkerut, "hei, apa di sini tidak ada cctv?!" Nada yang Yura lontarkan tadi membuat gema di dalam perpustakaan. Sepertinya gadis itu sudah geram karena kecerobohannya. Entahlah, mengapa buku itu bisa menghilang dalam pandangan matanya? Bagaimana pun juga Yura harus berusaha untuk menemukannya karena sudah jelas bahwa buku itu bukan miliknya.
"Bukannya tidak ada, tetapi sedang dalam tahap perbaikan." Jawab Arkan, karena informasi itu baru saja Arkan dapatkan siang tadi saat pemilik perpustakaan itu mengirimkan pesan pribadi pada Arkan, bahwa ia meminta Arkan untuk mencari pekerja untuk memperbaiki cctv yang mendadak rusak. Persetan dengan perbaikan cctv yang baru dilakukan itu, sekarang yang Yura inginkan adalah menemukan buku diary itu sekarang juga.
"Hmm... buku itu rupanya sangat penting bagimu. Mengapa kamu sampai membawanya kemana-mana? Aku sudah menebak pasti kamu tahu kan resiko yang di dapat saat membawa benda privasi itu kemana-mana." Penuturan Arkan tadi memang benar adanya, Yura tidak menyangkal hal itu. Tetapi, Arkan tidak mengetahui yang sebenarnya terjadi. Tentang pemilik sebenarnya buku itu, hubungan Yura dengan pria itu. Arkan tidak tahu semua itu. Apa Yura harus jujur pada Arkan?
"Sebenarnyaー"
Drtt drrt drrt
Sebuah ponsel berbunyi dan atensi mereka sama-sama tertarik pada ponsel mereka masing-masing. Ternyata, dering ponsel itu dari Arkan. Dengan segera pria itu mengangkat panggilan dan pergi sedikit menjauh dari Yura.
Gadis itu hanya menghela napas dengan gusar, ini sama sekali hal yang tidak ia inginkan. Orang lain yang pernah mengalami ini mungkin akan mengabaikan hal ini. Toh, pemilik buku itu tidak mengenal kita. Jadi untuk apa ambil pusing untuk mencarinya? Sungguh, Yura tidak bisa melakukan hal itu, ia akan merasa sangat bersalah akan hal ini. Pertama, ia sudah membaca isi buku harian orang lain dan kedua, ia sudah menghilangkannya. Astaga, Yura tidak ingin dituding sebagai pembaca buku harian orang lain!
Tiba-tiba saja dirinya merasakan rasa pusing yang menjalar dari kening keseluruh kepalanya. Ia pun mendudukan dirinya di kursi yang sebelumnya ia duduki juga sebelum insiden kehilangan buku itu terjadi. "Rupanya kamu berbohong tentang buku itu, Yura." Lantas Yura pun menolehkan kepala ke belakang, ia mendapati Arkan yang menghampirinya dengan buku bersampul hijau di tangan kanannya. Sejujurnya, Yura sangat senang dengan sudah ditemukannya buku itu tetapi ada hal lain yang membuatnya merasa tidak enak pada pria yang lebih tua darinya. Diaーseorang patner yang sudah berbaik hati turut turun tangan membantu gadis ceroboh yang kehilangan buku miliknya karenanya tetapi pria itu sama sekali tidak tahu yang sebenarnya tentang buku itu.
Yura menghela napasnya lagi, Arkan sudah duduk di samping Yura dengan wajah yang sudah menuntut meminta sebuah penjelasan dari Yura. "Maaf tentang itu, aku hanya menemukan buku itu di pinggir jalan setelah bertabrakan dengan pria pemilik buku itu..." Yura sengaja tidak melanjutkan perkataannya, ia sempatkan melirik pria itu yang sedari tadi memang memerhatikan Yura dengan jarak beberapa sentimeter dari Yura.
"Lanjutkan," ucap Arkan dengan perhatian yang seutuhnya diberikan pada Yura yang menjeda ceritanya sejenak.