Change Up!

Ocha
Chapter #8

07. To Talk

Yura PoV

Entahlah, apa ini adalah sebuah rencana yang bagus atau akan berakhir buruk nantinya. Pikiran buruk tiba-tiba terbesit saat sebelum pergi ke Hanyang. Apa pria yang bernama Yunas akan menghidarku seperti mangsaku yang ingin kabur saat monster akan menerkamnya. Atau akan jauh lebih buruk dari itu, seperti secara tidak sengaja Arganta melihatku berbicara dengan salah satu gurunya. Bisa kacau nantinya. Usahaku untuk menutupi-nutupi hal ini akan sia-sia jadinya, aku tidak mau hal itu terjadi. BIG NO, OKAY?!

Beberapa menit sebelum jam makan siang tiba, aku memilih bis sebagai moda transportasi menuju Hanyang. Hanya menunggu beberapa menit untuk menunggu bis di halte, akhirnya bis itu terhenti di depan halte. Untung saja pengeluaran uang saat kemarin malam hanya sedikit, itu pun aku mengeluarkan uang hanya untuk membeli mie dalam kap untuk Arganta yang sempat terlupakan olehku saat dinner. Bis ini sangat tenang dan tidak berisik karena sedikitnya penumpang untuk saat ini. Sampai aku dapat memilih ingin duduk di mana saja. Semauku.

Duduk di dekat jendela merupakan pilihan tepat untukku. Selain bisa melihat sudah sampai mana bis ini melaju, aku bisa melihat jejeran toko kecil berderet dengan banyak sekali orang yang berjalan kaki dengan ponsel yang ditempelkan ke telinga sambil berlalu lalang di sekitar trotoar dan zebracross. Seperti hal nya dengan kota aktif. Beginilah hidup di negeri yang gila kerja.

Bis ini berhenti di halte berikutnya. Ini saatnya aku turun dan membayar pada paman bis itu. "Semoga saja ini pilihan yang tepat." Gumamku setelah turun dari bis yang kemudian bis itu berangkat menuju halte selanjutnya.

Aku dibuat takjub oleh bangunan besar yang berdiri dengan kokoh di depan mata. Sepertinya hanya siswa dengan iq diatas rata-rata yang dapat bersekolah yang sangat populer ini. Tunggu dulu, sepertinya aku melewatkan sesuatu hal tentang Arganta.

Apa sekolah ini dibuka secara gratis? Apa seragamnya tidak perlu biaya? Dari mana si pemabuk itu mendapatkan uang untuk sekolah? Memangnya dia sanggup bersaing nilai dengan siswa lain di sana?

Satu per satu pertanyaan itu menyembul teringat padaku secara mendadak. Mengapa sebelumnya aku tidak berpikir sejauh itu? Aku menggelengkan kepalaku agar tidak terlalu kalut dalam pemikiranku. Lantas, kakiku melangkah membawaku menuju gerbang yang masih tertutup rapat, sepertinya dikunci gembok juga. Aku mendengus kesal kemudian melihat pos satpam yang kosong juga. Mungkin, satpam sedang berkeliling untuk jaga-jaga di area sekolah. Apa lagi sebentar lagi akan masuk jam makan siang yang tentunya semua siswa akan berhamburan keluar dari kelas.

Tanganku menyentuh jeruji pada gerbang itu, kemudian mataku menelisik kesekitar apakah ada seseorang yang dapat membawaku masuk ke dalam sana. Akhirnya, seseorang berseragam hitam putih yang mengenakan topi bertuliskan satpam. Pria itu menghampiriku.

"Selamat siang. Ada perlu apa anda kemari?" Satpam itu berkata begitu ramah padaku.

Aku terdiam sejenak, "umm... aku kemari untuk menemui salah satu pengajar di sini."

"Siapa namanya?"

"Kim Yunas."

Satpam itu langsung membuka sedikit gerbang untuk memberiku akses masuk ke dalam. Satpam itu membimbing memberi petunjuk kepadaku agar sampai langsung pada Yunas yang akan beristirahat setelah mengajar. Aku berjalan membuntutinya. Sebelum kami sampai menghampiri Yunas, aku sempat menanyakan sesuatu pada satpam itu. Kemudian satpam itu menjawab 'Kim Yunas kadang memilih taman belakang untuk makan siangnya.' Bahkan orang-orang disini sepertinya sudah tidak asing lagi dengan pria bermarga kim itu.

"Kim Yunas di sini sangatlah terkenal karena wajahnya yang tampan, itu menurut berita gosip dari kalangan siswi dari kelas di mana tempat Kim Yunas itu mengajar." Ujarnya yang berusaha menyeimbangkan langkah kaki ku yang bergerak sedikit lambat daripada satpam itu.

"Begitu? Memangnya tidak ada pria lain yang mengalahkan ketampanannya?" Mengapa tiba-tiba aku mengatakan itu untuk membahas ketampanan dari seorang Kim Yunas dengan satpam yang sepertinya si tukang gosip bagian menyimak saja.

Satpam itu nampak mengerutkan hidungnya dan membenarkan posisi topinya, "ah iya! Ada pria yang mengalahkan ketampanannya."

"Wah? Siapa itu?"

Lihat selengkapnya