Juni Berdarah Pasca-Reformasi

Oleh: Hariyadi Eko Priatmono

Blurb

Juni Berdarah Pasca-Reformasi menceritakan gerakan mahasiswa di Kalimantan Barat, sebelum, saat dan sesudah reformasi. Keberhasilan gerakan reformasi di Jakarta kemudian diteruskan oleh mahasiswa di Kalimantan Barat dengan berusaha menumbangkan sisa-sisa kejayaan orde baru. Dimana Gubernur Kalimantan Barat saat itu, Aspar Aswin, dianggap bagian dari peninggalan orde baru. Gerakan reformasi lokal itu pun bergulir. Ribuan mahasiswa turun ke jalan berusaha mendesak DPRD Kalbar, untuk menolak laporan pertanggungjawaban gubernur. Namun saat sidang Lpj, pada 14 Juni 2000, DPRD Kalbar menerima laporan pertanggungjawaban gubernur yang mana itu bearti Aspar Aswin tetap bertahan dalam jabatannya.
Merasa dewan tak sejalan dengan kemauan mahasiswa, peserta aksi lalu meninggalkan gedung DPRD Kalbar yang berada di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Pontianak Tenggara.
Dalam perjalanan pulang itu, tiba-tiba terjadi keributan antara mahasiswa dan aparat yang berjaga di depan kantor Gubernur Kalbar.
Bentrokan pecah antara mahasiswa dan aparat yang berjaga. Tembakan dari senjata di lepas hingga akhirnya memakan korban. Syafaruddin, mahasiswa semester dua Politeknik Negeri Pontianak terkena tembakan di kepala. Ia terkapar bersimbah darah di tengah jalan. Tak hanya, Syafaruddin, mahasiswa lain juga turut menjadi korban. Ar Irham, Presiden Mahasiswa BEM Universitas Panca Bakti tertembak di paha sebelah kiri.
Tragedi Juni Berdarah itu, kemudian mengalihkan isu gerakan mahasiswa. Dimana awalnya gerakan itu mendesak agar Aspar Aswin turun dari jabatannya. Namun pasca kejadian penembakan itu, isu itu hilang beralih menjadi gerakan yang mendesak aparat penegak hukum untuk mengungkap pelaku penembakan beserta aktor intelektualnya.
Gerakan reformasi lokal itu pada akhirnya tidak mencapai target utama. Dimana Aspar Aswin tetap bertahan sebagai gubernur hingga masa jabatannya berakhir. Sementara pada kasus penembakan terhadap mahasiswa, aparat tidak mampu mengungkap pelakunya meski sudah terjadi selama 18 tahun lamanya bahkan lebih.
Gerakan reformasi itu pun akhirnya selesai meninggalkan duka bagi mahasiswa.

Lihat selengkapnya