“Tidak peduli kalau kamu tidak menyukaiku. Aku tidak akan membiarkanmu kembali ke pelukan Raka.”
Adelia bisa merasakan genggaman tangan Rian terasa hangat. Dia juga merasakan energi lain yang memaksanya untuk diam pasrah di hadapan adik tingkatnya ini.
Ini kali pertamanya melihat wajah Rian sangat cerah disertai taburan kelopak bunga Sakura. Entah darimana asalnya bunga Asia Timur itu bisa berhasil singgah ke Indonesia.
“Mau jadi pacarku?”
Adelia malah tersipu malu mendengar pernyataan cinta itu. Kali ini genggaman Rian semakin terasa hangat. Semakin erat dan semakin panas.
Panas.
Panas.
“Ah! Panas!”
Adelia akhirnya terbangun sambil mengibaskan telapak tangannya yang dijadikan nampan oleh Hana.
“Dipanggilin daritadi nggak bangun-bangun.”
Adelia tidak terlalu peduli dengan panasnya cangkir yang sempat bertengger di telapak tangannya. Dia menoleh kanan dan kiri demi memastikan peristiwa musim semi aneh barusan—adalah mimpi.
Tentu saja mimpi. Mana mungkin Indonesia punya musim semi! Dan mana mungkin juga cowok kayak hantu itu bisa tersenyum manis!
Tapi, kenapa Adelia merasa sedikit kecewa?
“Del,” panggil Agesta yang baru saja tiba di Laboratorium Oseanografi. “Dipanggil Pak Darius.”
Adelia segera memijat kepalanya yang berdenyut. Jika ada perintah panggilan dari Pak Darius selaku dosen akademiknya, selalu saja membuat organ-organnya tidak stabil. Asam lambungnya tiba-tiba naik, tekanan darahnya tiba-tiba turun, dan matanya tiba-tiba berat.
Meskipun demikian, Adelia harus sigap ke ruangan sebelum Pak Darius kehilangan kesabaran dan memarahinya habis-habisan.
Hana mengambil tempat duduk Adelia setelah cewek itu pergi. Awalnya sedang melihat berita perselingkuhan artis yang heboh di sosial media, lalu matanya tidak sengaja menangkap sesuatu yang aneh di dalam tas Adelia yang terbuka.
Setelah memastikan tidak ada satupun yang memperhatikannya, Hana menarik selembar foto yang menampilkan Raka dan Adelia di sebuah pantai. Hana membalik foto itu dan menemukan tulisan ‘My First Love.’
Hana menutup mulutnya, tidak percaya dengan hasil penemuannya hari ini.
-oo-
Adelia masuk ke ruang kelas dengan wajah lesu setelah mendapatkan sepucuk surat dari Pak Darius untuk mengikuti acara Telusur Sungai Mahakam yang akan dilaksanakan minggu ini. Jarang-jarang Pak Darius mempercayakan hal ini kepadanya.
Tiba-tiba Adelia menyadari ada hal yang tidak beres dengan teman-temannya. Mereka saling berbisik sambil menatap sinis ke arah Adelia. Meskipun kebingungan, Adelia tidak berani bertanya dan memilih duduk di kursi depan.
Hana yang duduk di kursi sebelah Adelia, tiba-tiba berdiri dan pindah posisi. Tentu saja hal itu membuat perasaan Adelia sakit.
Sepanjang jam kuliah berlangsung, Adelia tidak bisa fokus ke mata kuliah Pak Sugiono. Hanya Agesta saja yang bersikap normal, mungkin karena telat masuk dan tidak tahu sesuatu yang dibahas oleh teman sekelasnya.
Adelia berusaha mengingat kesalahan yang dilakukan beberapa hari terakhir. Pasti ada penyebab teman-temannya bisa berubah drastis begini.
Hingga pada akhirnya, kebingungan Adelia semakin menjadi-jadi ketika bertemu mata dengan junior-juniornya. Mereka yang biasa menyapa Adelia dengan ramah, tiba-tiba buang muka dan menatapnya sinis.
Perjalanannya menuju Laboratorium Fisika Komputasi semakin tidak menyenangkan. Adelia sangat benci ditatap sinis oleh orang-orang. Dia benci dimusuhin dan dijauhi.
Dia jadi merasa canggung ketika masuk ke dalam lab sendiri. Masih bingung dengan kesinisan Angga dan Hana.
Adelia memilih kursi yang sedikit jauh dari dua orang itu sambil mengumpulkan keberanian untuk bertanya.
“Del,” sapa Agesta, yang ikut duduk di sebelah Adelia.
“Tugas Pak Raka sudah dikerjain?”
“Sudah.”
Agesta hanya mengangguk paham dan membuka laporan praktikan untuk diperiksa.
“Bang Ges, kenapa auranya jadi nggak nyaman, ya?” tanya Adelia.
Agesta menarik napas dalam dan menutup kembali laporan praktikan. Tampak jelas dari wajahnya sedang tidak ingin menyembunyikan sesuatu lebih lama.
“Karena aku nggak percaya gosip, aku langsung nanya ke kamu aja.”
Adelia mengernyitkan alisnya, “maksudnya?”
“Kamu... jadi selingkuhan Pak Raka?”