Te***
Di sebuah gubuk tua tepatnya di tengah perkebunan teh milik juragan Deni.
" Bang apa nggak bakal ketahuan"bisik sari yang takut jika ada warga yang lewat dan memergoki mereka
" Tenang aja,nggak bakalan ada yang lewat kok,lihat ini sudah jam 12 para petani itu pasti sudah pulang untuk istrahat makan siang,kamu tenang aja" jawab Gilang santai ia pun kembali melanjutkan aktifitasnya itu.
Seketika di dalam gubuk itu suasananya menjadi semakin panas karena aktifitas dua insan itu.tanpa mereka ketahui Vina yang rencananya akan mengantarkan bekal makan siang untuk ayahnya melintas di belakang pondok itu.samar2 Vina mendengar suara desahan seorang wanita dan tak lama dia juga mendengar suara erangan suara pria yang sedikit familiar di telinga Vina.
" Tunggu2 kok suara itu seperti nggak asing, tapi suara siapa yah" Vina terus memikirkan suara siapa yang di dengarnya itu. Karena penasaran dia pun berjalan mengendap-ngendap untuk menyelidiki dari mana asal suara itu.
Setelah jaraknya semakin dekat dengan gubuk tua itu, suara itu pun semakin jelas dan membuat jantung Vina seketika berdetak lebih kencang ,pasalnya suara itu tak lain adalah suara Gilang pacarnya.tidak mungkin ia tak mengenali suara pacarnya sendiri yang sudah bersamanya 2 tahun terakhir ini. Dengan perasaan campur aduk Vina memberanikan diri mengintip dari cela2 dinding kayu itu.
" Tidak mungkin, " Vina menutup mulutnya melihat adegan di depannya .
Tak ada kata yang bisa terucap di bibir nya yang ada hanya rasa tidak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya.dengan langkah gontai Vina meninggalkan tempat itu dan membiarkan mereka melanjutkan kegiatan mereka.
Vina berjalan tanpa arah tatapannya kosong ,tak terasa air matanya menetes membasahi pelupuk matanya,sepanjang jalan ia menangis untung saja tak ada petani yang lewat jadi tanpa ragu Vina menumpahkan segala kesedihannya ,dia terus berjalan hingga langkah kakinya membawanya ke pantai.
Di tepi pantai Vina menghabiskan waktunya ,dia menangis sepanjang hari hingga tak terasa hari sudah gelap.
***
Sementara dirumah,Bu Wati dan pak Agus sedari tadi menatap jam dan bergantian ke pintu namun tak ada tanda2 kepulangan Vina, mereka sangat khawatir karena tidak biasanya Vina pulang terlambat dan selarut ini, sementara tadi siang dia pamit untuk mengantarkan bekal makan siang untuk sang ayah, tapi nyatanya bekal itu tak sampai ke tangan ayahnya itulah yang membuat sepasang suami istri itu khawatir sampai sekarang Vina tak pulang mereka takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap anak gadisnya.
Tak lama suara pintu berderit dan perlahan terbuka ,sosok yang mereka tunggu2 dan khawatirkan itu muncul di depan pintu dengan penampilan yang sedikit menghawatirkan,suami istri itupun segera menghampiri anak gadisnya.
" Kamu dari mana saja hah? Kenapa jam segini baru pulang" cecar Bu Wati seraya menunjuk jam diinding yang menunjukan jam 12 malam.
" Sudah Bu jangan marah dulu biarkan Vina masuk dan beristirahat" pak Agus segera meredam kemarahan istrinya itu dia tau kenapa istrinya begitu marah ,karena dia sangat menyayangi Vina ,Bu Wati tak ingin kehilangan anaknya yang kedua cukup ia kehilangan putranya jangan lagi putrinya.
" Maaf Bu, tadi Vina di ajak karokean sama teman" Vina menunduk tak ingin menatap wajah kedua orang tuanya ia tak ingin mereka tau jika dia baru saja menghabiskan waktunya untuk menangisi pria brengsek itu.
Setelah mengatakan itu, Vina pun masuk kedalam kamarnya ,begitupun Bu Wati dan pak Agus.
***
"Bu apa ibu tidak liat mata Vina sembab seperti itu" tanya pak Agus yang tak sengaja melihat wajah anaknya tadi.
" Iya ibu juga lihat , tapi ibu tetap marah sama anak itu ,dia tidak tau bagaimana khwatirnya ibu " jawab Bu Wati dengan wajah sedihnya.
Sepanjang malam Bu Wati dan pak Agus tidak bisa tidur memikirkan perihal kenapa Vina bisa menangis dan menyebabkan matanya sembab seperti itu.menjelang subuh baru mereka bisa memejamkan matanya.
***
Dirumah Gilang perasaan laki2 itu mulai tidak enak seperti ada yang akan terjadi ,dia terus memikirkan kejadian tadi siang dimana saat tengah asik2nya main kuda2an dia mendengar suara seperti benda jatuh, tanpa menunggu dia segera mengenakan pakaiannya dan segera mengecek suara apa yang di dengarnya.
Gilang menemukan tempat bekal yang isinya sudah berhamburan ,ia segera mengedarkan pandangannya ,betapa terkejutnya Gilang menemukan Vina pacarnya yang berlari menjauh,dia mencoba mengejarnya tapi sayang dia kehilangan jejak.
" Ahhhhh sialan, apa yang sudah aku lakukan!" Teriak Gilang frustasi sedari tadi ia terus menyugar rambutnya .penyesalan demi penyesalan hadir menghantui pikirannya .kembali dia berpikir andai saja ia tidak tergoda oleh rayuan gadis itu tak mungkin akan berakhir seperti ini.
" Aku harus menemui Vina, dia pasti mau maafin aku, aku akan menjelaskan semuanya"ucapnya lagi uang kemudian masuk kedalam kamar mandi.rencananya besok dia akan kerumah Vina untuk menjelaskan semuanya sekalian bertemu dengan orang tua gadis pujaan hatinya itu.
***
pagi harinya Di sebuah rumah minimalis yang cukup baguslah bagi mereka orang2 kampung seorang pemuda tampan tengah duduk di ruang kerjanya dengan di temani secangkir teh.
Deniarta pemilik kebun teh terbesar dikampung itu,tak ada yang tau jika Deni adalah sosok pemuda tampan yang berkharisma mereka hanya menerka nerka jika juragan Deni adalah seorang kakek berperut buncit, banyak wanita yang mengejarnya tapi tak ada yang membuatnya tertarik.
" Bagaimana dengan hutang pak Agus " suara dingin itu menggema di dalam ruangan itu.
" Belum juragan ,katanya Minggu depan dia akan menyetornya" jawab pak Kasdi pesuruhnya didesa ini karena ia tak mau turun tangan sendiri biarlah tangan kanannya yang bekerja toh pak Kasdi tak pernah lalai dalam tanggung jawabnya.