Vina menatap manik hitam legam itu ,dapat Vina lihat ada kemarahan dan sesuatu yang Vina sendiri tak paham.
" Lepasin aku Gilang,jangan pernah kamu sentuh aku dengan tangan kotormu itu,karena aku jijik" Vina berusaha menahan diri,lagi dan lagi laki2 di depannya ini pura2 lupa atas apa yang dibuatnya kemarin.tanpa bisa ditahan air mata itu jatuh membasahi pipi chubby itu,dengan kasar Vina menghapus air matanya.
" Pergilah aku tidak ingin bertemu denganmu Gilang!" Lirihnya yang kemudian masuk kedalam rumahnya dan menutup pintu ,tubuhnya terasa remuk apalagi hati jangan ditanya lagi,baru saja pulang dari sungai belum sempat istirahat sudah beradu mulut lagi .
Sementara Gilang pemuda itu tak bisa berkata2 lagi dia diam terpaku di depan pintu,matanya menatap nanar punggung Vina yang meninggalkannya ,sebegitu menjijikan kah dirinya sampai Vina tak Sudi di sentuh olehnya.dengan berat hati dan perasaan yang penuh penyesalan Gilang meninggalkan rumah itu dia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.dia hancur karena kesalahannya sendiri.
***
" Pak Kasdi, Kasdi " teriak Deni suara menggema memanggil Kasdi yang tengah asik mengurusi ternak di belakang rumah.
" Ehh ya ampun aku meninggalkannya tadi!" Kasdi menepuk jidatnya.
"Mampus aku,pasti juragan akan marah" dengan jurus seribu bayangannya tak memakan waktu banyak kini Kasdi sudah berdiri menunduk di depan juragannya itu kedua tangannya saling bertautan sedari tadi dia sudah ketakutan ini adalah kali pertama dia membuat kesalahan.
"Ehem.." suara itu seketika membuat Kasdi merinding.
" Juragan maafkan saya ,tadi saya sakit perut makanya pulang duluan!" Sebelum di tanyain Kasdi buru2 menjelaskan.
"Hahahaha,santai saja pak Kasdi,saya sebenarnya berterima kasih padamu" tawa renyah itu keluar dari mulut pria tampan yang kini sudah merubah penampilannya bukan petani pagi melainkan pemuda tampan.
Pak Kasdi terdiam dia sendiri tak mengerti atas dasar apa juragannya ini malah berterima kasih bukannya marah tadikan Kasdi sengaja meninggalkannya.
" Haaa,, juragan tidak marah?" Beo Kasdi masih tak habis pikir.
" Tidak2 saya tidak marah,malah terima kasih pak Kasdi,saya sudah menemukan berlian di desa ini"ucapnya lagi yang kemudian tersenyum.
" Apa gadis itu asli warga kampung ini" tanyanya memastikan,sepertinya Deni telah jatuh hati pada gadis itu.
"Haa gadis yang disungai itu juragan!" Kasdi berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut juragannya itu,bisa dia simpulkan bahwa juragannya ini memang sudah jatuh cinta dengan anak pak Agus itu.
Sementara itu Deni terus tersenyum ,dia menantikan jawaban dariĀ Kasdi.
" Ehh iya juragan gadis itu anak pak Agus" jawab Kasdi yang kemudian menunjukan senyum mengejeknya itu
" Emmmm apa menyukai nak Vina? " Pertanyaan itu meluncur mulus dari mulut Kasdi,menyadari kebodohannya Kasdi segera menutup mulutnya.
" Yaaa aku tidak menyangkal perasaannku,aku tertarik pak" Deni kembali berucap ,tapi seketika ia tersadar tanpa bicara lagi Deni pergi meninggalkan pak Kasdi.
" Bodoh2 ,kenapa aku jadi mengakui perasaanku padanya,nanti dia bisa mengejekku" Deni terus bergerutu setibanya di kamar Deni segera menghempaskan tubuhnya keranjang ,ia menatap langit langit wajah Vina terus saya terbayang tanpa sadar Deni pun tertidur.
***
Malam harinya
Vina tengah makan malam bersama kebetulan tadi sore,mereka kedatangan tamu.
" Vin " mendengar namanya di panggil Vina pun menoleh ke sumber suara itu.
" Ehh iya ndi" sahutnya yang terus melanjutkan makannya Vina memang tak memberi cela apalagi mengingat rencana orang tuannya ingin mendekatkannya dengan pria disampingnya ini.
" Besok temanin aku yah,mau ketemu sama teman aku" Andi terus menatap Vina yang sama sekali tak memperdulikannya,Andi Vina tak menginginkan perjodohan itu begitupun dengannya tapi dia tak ingin mengecewakan kedua belah pihak jadi dia mengikuti saja,nanti ketika sudah memiliki kesempatan barulah ia akan mengutarakan semuanya pada orangtua Vina dan orang tuanya sendiri.
" Ok ,besok pagi kan,?nanti aku temanin mumpung besok aku libur kerja" tak ada angin tak ada hujan tiba2 Vina jadi seantusias ini,bagaimana tidak antusias tadi saat ia berlaku cuek pada Andi dengan cepat tangan ibunya dari balik meja mencubit pinggang rampingnya sembari memberi kode lewat tatapan mata.
Tak terasa mereka sudah menyelesaikan makan malamnya ,Vina pun beranjak ke kamarnya ,karena kamar dirumah Vina hanya ada dua terpaksa sndi harus tidur diluar.
" Ndi kamu nggak masalah kan tidur diluar soalnya nggak cukup kamar" Vina menyodorkan selimut tebal kearah Andi .
Dengan senyum manisnya Andi mengambil selimut itu.
"Iya gak masalah kok,ya udah masuk sana " setelah mengatakan itu Andi pun segera membaringkan tubuhnya di atas tempat yang sudah di siapkan Bu Nita tadi.begitupun dengan Vina dia segera menutup pintu kamar.
***
Beda dengan Gilang belum hilang kekesalannya melihat Vina jalan dengan laki laki lain kini adalagi yang malah menginap di rumahnya.