Jam sudah menunjuk di angka 12 siang tapi Kasdi belum kelihatan batang hidungnya membuat cacing di perut Deni mulai memberontak.
" Kemana pak Kasdi, bukannya tadi ku bilang antar makannya jam 11 siang ini sudah lewat!" Serunya mulai gusar bukan apa sedari tadi pandangannya tak pernah lepas dari arah yang biasa di lewati kasdi jika ke kebun teh.
Di tengah kebun teh,tepatnya di dalam gubuk Deni tertidur pulas karena lelah menunggu Kasdi yang tak kunjung datang terpaksa Deni harus menahan lapar karena ia pun tak ingin pulang kerumah biarlah dia menunggu Kasdi karena dia yakin laki2 itu pasti akan datang walaupun terlambat waktu.
Dan benar saja tak lama setelah Deni tertidur kurang lebih 15 menit seseorang datang menghampirinya di gubuk tua itu.
" Ehem" seorang gadis cantik berdehem tepat di samping telinga Deni yang membuatnya seketika terbangun.
" Vina" terkejut itu pasti rasanya ia sedang bermimpi bukannya tadi dia meminta Kasdi membawakannya makanan tapi kenapa yang di depannya sekarang ini bukan Kasdi melainkan seorang gadis.
" Aku di suruhnya mang Kasdi untuk mengantar ini" Vina menyodorkan kantong plastik yang di dalamnya terisi kotak bekal.
" Mang Kasdi sakit perut ,tadi tidak sengaja ketemu dijalan jadi yahh sekalian aja dia minta tolong untuk mengantar makanan ini." Jelasnya lagi karena tak ingin di salah artikan oleh pemuda di depannya.
Kembali dengan perasaan gugup deni meraih kotak bekal itu dan menyimpannya.
" Oh kalau begitu terima kasih, kalau boleh tau ,kamu ngapain di area kebun teh ini kenapa bisa bertemu pak Kasdi" tanyanya yang penasaran.
" Aku,, ehh aku tadi mengantarkan bekal untuk bapak ,kebetulan dia juga pekerja di kebun teh milikmu" gelagapan tentu saja ,di tatap pemuda tampan seperti itu membuat Vina tak bisa berpikir jernih.
" Bapakmu kerja disini ,namanya siapa " jiwa keponya semakin meronta.
" Hmmm .Agus " singkat Vina tak ingin bertele2 dia berusaha sekuat tenaga menahan kegugupannya.
Mendengar nama yang di sebut oleh gadis di depannya ,Deni mulai berpikir apa mungkin pak Agus yang punya hutang itu.deni pun kembali menanyakannya
" Pak Agus yang punya hutang sama juragan Deni" pertanyaan yang sedikit konyol menurut Vina apa susahnya jika bilang dirinya lah juragan itu,rupanya pemuda di depannya ini suka bertele tele.
" Apa aku tidak di persilakan duduk sedari tadi aku berdiri di sini,menerima introgasimu ,kakiku pegal" keluh Vina ia tak dapat lagi menahan tekanan di kakinya yang hampir setengah jam berdiri .
" Eh iya, maaf2 aku sampe lupa menyuruhmu duduk" Deni segera menggeser tubuhnya dan memberi Vina tempat untuk duduk , Vina dengan ragu mendaratkan bokongnya tepat di samping Deni.
" Iya ,dia bapaku ,tapi apa susahnya kamu mengaku saja, kalau juragan Deni itu kamu,kenapa membohongiku " cecar Vina dengan ekspresi yang tidak menyenangkan ia merasa tertipu,ia kembali teringat kemarin saat pertemuan mereka Deni mengaku namanya adalah deno,dan hari ini Vina merasa inilah momen yang tepat untuk bertanya sekalian menatar laki2 di sampingnya ini.
Mendengar itu, Deni hanya menanggapinya dengan senyum manisnya seakan yang di katakan gadis itu bukanlah apa2.
"Kenapa senyum2 begitu, juragan tak ingin menjelaskanya padaku" Vina menatap manik hitam itu. Terpesona tentu saja.vina baru menyadari ternyata pria di depannya ini memiliki segalanya ahhh jantung Vina seketika menggila di dalam sana.
Deni membalas tatapan itu.
" Jangan memanggilku juragan, aku merasa seperti om2 perut buncit yang punya banyak istri, biarlah pak Kasdi saja yang memanggilku juragan kau jangan ikut2tan" peringat Deni ia merasa tak nyaman dengan sebutan " juragan"
" Lo bukanya memang juragan" Vina tersenyum mengejek dan itupun tak luput dari perhatian Deni.
" Kau mengejekku" ketus Deni
" Tidak,tapi kenyataan!,oh yaa berarti kau belum beristri? "Pertanyaan itu mampu membuat Deni memalingkan wajahnya kesamping.
" Lihat saja tampang ku ini apa seperti orang yang sudah beristri dan punya anak" seketika kekesalan melanda hatinya Deni tidak habis pikir gadis di sampingnya ini benar2 ingin mengejeknya.
" Hhmmmm dari tampangnya sih mungkin saja, tapi aku tidak pernah mendengar gosip jika juragan di desaku itu memiliki hubungan dengan wanita, " Vin terus memutar memory otaknya mencari file2 yang mungkin menyimpan sedikit gosip2 tentang juragan teh itu.
" memang ku akui sampai detik ini aku tidak pernah dekat dengan wanita manapun" Deni menjeda ucapannya
" Hanya kau wanita yang bisa duduk didekatku dengan jarak sedekat ini" ungkapnya lagi. Dia akui Vina memiliki daya tarik sehingga dirinya pun nyaman dengan gadis itu.
Tak terasa sudah hampir 3 jam mereka berada di gubuk itu ,mereka berdua mulai terlihat akrab percakapan kecil itu mampu menghilangkan rasa canggung satu sama lain ,sesekali mereka tertawa jika ada pembahasan yang cukup menggelitik perut keduanya .
Jam 3 sore Deni akhirnya mengantar Vina pulang untuk yang kedua kalinya itu pun tak luput dari pantauan Gilang yang masih berstatus kekasihnya Vina.