Malam ini terasa lega dan tenang. Otot-ototku akhirnya bisa diluruskan, setelah bergulat di dapur untuk demi pesanan rice bowl sekolah Arjuna dan Bima. Anak-anakku sudah tertidur, dan itu artinya; me time.
Kipas angin mendesis pelan di sudut kamar, sisa kopi di mug mulai dingin. Aku duduk di meja kerjaku yang tidak jauh dari tempat tidur, mengenakan daster batik favorit yang warnanya mulai memudar.
Di tanganku, ponsel terbuka dengan satu aplikasi yang sudah lama kulirik tapi belum pernah benar-benar kubuka. Jari-jariku ragu. Padahal aku sudah empat kali mengunduh aplikasi ini, dan empat kali pula aku menghapusnya tanpa sempat membuat akun.
Tapi, malam ini akan berbeda cerita.
Dorongan dalam diri ini begitu kuat, mungkin karena tadi siang aku melihat mantan suamiku memposting foto bersama pacar barunya – perempuan muda yang berambut panjang dan kulitnya bening sekali seperti pakai filter. Atau mungkin karena Dewi, teman kuliahku, cerita di reuni kemarin bahwa dia ketemu cowoknya sekarang dari dating app, dan katanya, “Zoy, dunia udah berubah, cinta tuh bisa datang dari swipe doang.”
Sudah tujuh tahun aku hidup sebagai single mom, dan aku selalu bilang ke orang kalau aku akan baik-baik saja setelah bercerai, tapi kenyataannya, aku masih sendiri, dan jujur kadang aku juga merasa kesepian.
“Apa salahnya mencoba?” gumamku pelan, meyakinkan diri sendiri. “Kalau orang lain bisa ketemu cinta baru, kenapa aku nggak ikut mencoba?”
Aku buka aplikasinya, dan ketuk tombol “buat akun”.
Layar berganti, formulir data diri muncul. Lalu aku mengisi ;