Hari ini, aku sebenarnya mau membalas pesan dari BapakLiterasi_76 – laki-laki yang match kemarin malam, yang profilnya kelihatan seperti seseorang yang gila sekali membaca, yang bisa dengan mudah mengkoreksi tanda baca dan yang seharusnya dari kata “di mana” atau “dimana”.
Tapi, sebelum sempat aku membalas pesannya, satu notifikasi baru muncul ; “Kamu punya match baru!”.
Nama : Dimas Arya, 37 tahun.
Foto profilnya : tampan, senyum tiga jari, kulitnya terawat, rambut klimis kayak habis dari barber shop mahal. Outfit-nya – putih minimalis, celana katun, sneakers putih bersih seperti belum pernah diijakan ke tanah. Lengkap dengan caption : “Hidup itu sederhana, asal kamu tahu caranya fullfil yourself.”
Bio-nya sederhana tapi cukup percaya diri ; “Visual oke, mental stabil. Kerja keras, nggak neko-neko. Ajak aku ngopi dan ngobrol soal masa depan.”
Ngopi dan ngobrol soal masa depan? Menarik. Apalagi kalau masa depannya ada aku di dalamnya, hehe.
Obrolan kami dimulai cepat dan mengalir. Dia langsung menyapa dengan percaya diri.
“Kamu tuh keliatan beda dari yang lain. Biasanya cewek insecure match sama aku, tapi kamu santai banget. Aku suka itu.”
Aku nyengir. Beda? Padahal aku belum sempat bilang apa-apa, atau karena aku nggak langsung bilang “kamu ganteng”? Lalu dia kirim selfie, yap, selfie. Dengan caption ; “Hari ini capek, tapi senyum harus tetep flawless. Positive vibes onlyyaa.”
Aku balas pakai sticker “ok” yang tersedia di aplikasi. Itu sticker netral yang kupakai saat antara bingung dan malas debat.
Dua hari kemudian, kami akhirnya memutuskan janjian Kopdar[1]. Tempatnya di sebuah café estetik di rooftop mall yang katanya punya ambience bagus buat ngobrol. Dimas datang duluan, duduk rapih, senyum, sambil pegang menu seolah sedang difoto untuk katalog lifestyle pria urban. Bajunya putih lagi, gigi putih juga, kuku bersih, wangi parfumnya, menyebar bahkan sebelum aku sampai di meja.
Dimas, definisi cowok ; ganteng, kaya, dan kebetulan masih available. Terpasang label “Ayok buruan, daripada kehabisan”.
“Hai Zoya. Kamu beneran mirip kayak yang di foto, tapi real-life-nya lebih calm. Aku suka.”
Aku hanya bisa senyum, dan duduk.