Setiap kali aku membuka aplikasi itu – ya, aplikasi dating app. Selalu saja ada notifikasi masuk, pesan-pesan random dari pria-pria asing, seperti :
“Hi mba janda manis.”
“Masih sendiri? Bisa dong kita ngobrol dulu, nanti nyambung ke anak.”
“Boleh kenalan? Saya juga duda, siapa tahu kita bisa saling obati luka.”.
Aku merasa populer. Bukan di sekolah, bukan juga di kumpulan ibu-ibu orang tua wali, apalagi di lingkungan RT, tapi di dating app. Ini sebuah pencapaian baru – menurutku.
Aku yang dulu, tidak pernah populer di kalangan pria-pria, keberadaanku bahkan sering tidak terlihat. Ketika ada satu pria mendekat, aku langsung bersyukur, lalu mencoba menjaga hubungan itu sebaik-baiknya – karena takut kehilangan momen yang jarang.
Kok bisa seperti ini? Lucu, tapi juga agak absurd. Kadang aku merasa bukan sedang mencari cinta, tapi seperti menjadi peran utama dan ikut syuting sinertron sore favorit emak-emak, dengan judul “Janda Cantik Beranak Dua, Cari Papa Baru”.
Kalau dilihat-lihat, profilku sebenarnya tidak luar biasa, sederhana saja – fotoku tidak akan terlihat seperti foto yang sudah direncanakan, hanya potret di kedai dengan apron dan rambut seadanya, dan sebenarnya aku tidak khawatir untuk itu. Mungkin justru itu letak kekuatanku, aku tidak menjual ilusi, aku tidak menyebutkan hal-hal motivasional, aku hanya berusaha menjelaskan diriku sejujur-jujurnya pada dunia, dan berharap akan ada laki-laki yang bisa melihat itu dan menyukainya dengan tulus.
Karena seperti yang pernah dikatakan seseorang, “Kita tidak akan bisa menyangkal apa yang kita lihat dengan mata kepala sendiri.”