Aku mencoba memberi kesempatan sekali lagi untuk makhluk-makhluk penghuni dunia dating app. Tapi ternyata, semesta tidak sedang mendukung niat baikku.
Cowok pertama malam ini : Si Mas Pamer Aset, dengan bio “Pengusaha muda. Mobil dua, villa satu. Cari yang bisa diajak hidup enak tanpa drama.”
“Kamu kayaknya tipe yang bisa saya ajak liburan ke Bali, tapi nggak malu kalau diajak ke warteg.” Rasanya, kalimat itu membuatku merasa seperti sedang diaudit.
Cowok kedua : Si Mas Belum Move On dari mantannya. Obrolan belum sampai 15 menit, dia sudah kirim tangkapan layar percakapan dengan mantannya.
“Ini buktinya, aku tuh selalu sayang sama dia, tapi dia malah selingkuh. Kamu bukan tipe yang suka main belakang kan?” Lalu dilanjutkan dengan, “Tolong jangan bikin aku trauma lagi ya.”
Permisi, aku buka aplikasi untuk ngobrol, cari jodoh – bukan sesi konseling dadakan.
Cowok ketiga : Si Mas Kurang Lucu. Setiap jawabanku dibalas pakai lelucon. Bahkan saat aku bilang aku baru pulang dari rumah sakit karena anakku demam, dia menjawab, “Wah, semoga cepat sembuh. Anak kamu namanya siapa? Jangan-jangan dia sakit karena main sama Angin.” Aku nggak membalas lagi. Aku cuma tarik napas.
Cowok keempat, dan ini yang membuatku berpikir serius untuk log out : Si Mas HRD Kehidupan. Obrolan baru lima menit, dia sudah menembakkan pertanyaan, “Kalau kamu jadi istriku, apa yang bisa kamu kontribusikan untuk visi keluarga jangka panjang?”
Aku balas, “Mas, ini dating app. Bukan wawarcara kerja untuk posisi istri.”
Dan dia tidak membalas lagi.