Jurnal Janda Populer : Mencari Cinta

Ayu S Sarah
Chapter #14

Perkenalkan, Aku Ayah Kalian

Sore datang dengan pelan. Hari ini langit sedikit kelabu, matahari tampak malas menampakkan diri, seolah tahu hari ini akan terasa berat – bukan karena cuaca menghadang, tapi karena sebentar lagi aku harus menghadapi kenangan yang datang kembali ke masa kini, mengejar ketertinggalannya – demi menebus waktu yang telah dia lewati.

Aku berdiri di balik tirai, bolak-balik mengintip ke arah gerbang. Di dalam diriku, ada suara yang berdetak lebih cepat. Arjuna dan Bima sedang sibuk mewarnai di ruang tengah dengan krayon dan celoteh – bagi mereka, sore ini sama seperti sore-sore lainnya. Padahal tidak. 

Dimas, ayah mereka, akan datang hari ini. Hadir untuk pertama kalinya, sejak semua ‘lika-liku hidup’ yang telah kita lalui. Aku menatap jam dinding – waktunya tidak lama lagi. Kupastikan rambut mereka rapih, kaos mereka tidak belepotan coklat atau bekas krayon. Aku bahkan sempat menyemprot sedikit pewangi ruangan – setelah dipikir, untuk apa?

Saat bel rumah akhirnya berbunyi, hatiku ikut meloncat. 

“Arjuna, Bima,” panggilku lembut. “Ada tamu.”

Mereka menoleh cepat. “Siapa, Ibu?”

Aku tidak langsung menjawab, hanya tersenyum tipis. “Lihat saja, ya.”

“Mau Ibu yang bukain pintu, atau kalian yang bukain?”

Mereka saling pandang. Bima berdiri duluan, dengan langkah kecilnya tapi pasti, dan Arjuna menyusul di belakang.

Kita bersama-sama membuka pintu. Dan di sanalah dia – Dimas. Berdiri dengan tangan penuh kegelisahan, rambutnya agak berantakan, dan tatapannya yang mencuri waktu beberapa tahun ke belakang. Dia lebih kurus, lebih tirus. Tapi aku tahu, itu dia, orang yang dulu pernah kucintai, dan sekarang ayah dari dua anakku.

“Hai.” Katanya pelan.

Aku hanya mengangguk. “Masuk.”`

Begitu dia melangkah ke dalam, dua pasang mata kecil menatapnya. Mereka berdiri kaku, berpegangan tangan dan saling pandang. Arjuna yang lebih sensitif tanpak menunggu isyarat, dia mencolek lenganku diam-diam saat Dimas terlalu dekat dengannya. Bima, si spontan, malah bertanya.

“Kamu siapa?”

Dimas berjongkok, menyesuaikan tinggi badannya dengan mereka. “Aku... Ayah kalian,” katanya pelan. Terdengar suaranya nyaris pecah.

Bima menyipitkan mata. “Yang dari film?”

Aku menahan tawa kecil. Arjuna menatap Dimas dengan bingung. “Kenapa baru sekarang datang?”

Aku tercekat. Dan Dimas, kulihat dia menunduk – untungnya dia tidak lari. Lalu berkata jujur dengan mata yang jernih. “Ayah salah. Ayah lama sekali perginya ya? Sekarang Ayah mau sering-sering ketemu kalian, boleh?”

Lihat selengkapnya