Baskara. Nama yang dulu setiap hari kusebut, yang sesekali hadir dalam potongan mimpi, dan sosoknya yang menginspirasi – yang kujadikan kutipan puisi.
Sudah lewat tiga hari sejak aku bertemu lagi dengannya. Anehnya, setelah tahun-tahun tanpa kehadirnya yang berlalu. Pertemuan kemarin, melihat lagi sosoknya masih bisa mengguncang tenang yang sudah susah payah kutata. Bukan karena aku yang dulu lancang menaruh hati padanya, tapi mungkin karena aku belum benar-benar menerima dan mengerti kenapa dia pergi begitu saja.
Baskara. Bukan cinta pada pandangan pertama, perasaan itu tumbuh sedikit demi sedikit, lewat pertukaran pikiran, ide, dan pendapat-pendapatnya tentang hal-hal yang aku minati. Dia juga mengenalkan banyak hal, yang sedikit banyak mengubah cara pandangku. Aku merasa “terlihat” dan “terdengar” sepenuhnya untuk pertama kalinya.
Malam ini, di ruang tamu yang temaram, aku membiarkan ingatan-ingatan itu datang. Satu per satu, seperti masuk ke sebuah labirin pintu yang kubuka setiap pintunya dengan perlahan. Aku tidak lagi menahan semua itu. Kalau memang ingatan itu datang, kupersilahkan dia duduk sebentar bersamaku. Ternyata aku ingin mengingat kembali betapa hangatnya kebersamaan kami yang dulu. Bukan untuk menyiksa diri, tapi untuk mencoba memahami. Kenapa dulu aku merasa hidup bersamanya? Kenapa ikatan itu bisa terasa begitu kuat, padahal usia kami saat itu belum cukup matang untuk mengerti arti “rumah dalam tubuh orang lain”?
Dulu. Saat dia duduk di sampingku, di sudut perpustakaan kampus, Baskara melirik diam-diam, lalu berbisik.
“Zoy, kamu tahu nggak? Aku bisa betah berjam-jam di tempat paling membosakan sekalipun, asal ada kamu. Kamu itu tenang kayak rumah.” Kata-kata itu berhasil membuatku tertawa geli, menyebutnya tukang gombal.
Atau saat kita duduk di warung kopi kecil di belakang kampus. Dia mengutarakan mimpinya.
“Aku pengen punya kedai kopi nanti. Akan ada sudut, di mana kamu bisa duduk sambil nulis, dan aku jadi Barista-nya.”Lucunya, sekarang aku mewujudkan mimpinya, menjadi pemilik kedai kopi, dan sudut untuk aku bisa menulis juga ada di dalamnnya.