Jurnal Janda Populer : Mencari Cinta

Ayu S Sarah
Chapter #20

Secarik Pesan, Rindu dan Rahasia

“Kalau suatu hari aku menghilang, percayalah… itu bukan karena aku ingin.”

Secarik kertas terselip di halaman yang sudah menguning. Tulisan tangan itu langsung kukenal, Baskara.

Tanganku berhenti di tengah-tengah tumpukan kotak kardus yang belum sempat kubuka sejak pindah ke rumah ini. Hanya niat awalnya mau mencari charger lama, tapi malah menemukan kertas itu.

Huruf-hurufnya agak tergesa, seperti ditulis di tengah malam atau di kereta yang terguncang. Aku mengira ini hanya coretan iseng seperti yang sering dia tinggalkan dulu, tapi isinya terlalu tidak biasa. 

Belakangan ini, jantungku sering dibuat berdebar tidak karuan olehnya. Tanganku bergetar, begitu melirik di sudut kertas itu tertera tanggal yang menandakan beberapa minggu sebelum hari dia benar-benar pergi. Aku menelan ludah, menatap kata-kata itu lama-lama – mencoba memutuskan apakah ini cuma kebetulan atau sebuah pesan yang seharusnya kuketahui tapi terlambat kutemukan.

Awalnya, aku mencoba mengingat kembali minggu-minggu terakhir sebelum Baskara pergi – menyisir setiap percakapan di kepala, menelusuri ulang foto-foto lama di komputer, bahkan membaca ulang tulisan-tulisan lama yang tersisa. Tidak ada yang jelas, tapi aku mulai melihat sesuatu yang dulu kupikir hanya kebetulan : pesan-pesan yang dibalas lama, tatapannya yang sering kosong di tengah obrolan, dan satu-dua kali dia bilang, “Aku cuma capek, Zoy.”

Pagi berikutnya, aku memberanikan diri menghubungi Ardi – teman dekat kami dulu. Sudah bertahun-tahun tidak bertukar kabar, tapi kali ini aku tidak peduli akan seberapa canggungnya. 

“Ardi, kamu inget nggak, sebelum Baskara pergi, apa dia pernah cerita sesuatu? Apa aja, sekalipun yang nggak penting.”

Ada jeda sunyi di ujung sana sebelum Ardi menjawab, suaranya pelan, nyaris berbisik.

“Zoy… tumben amat. Tiba-tiba nanyain si Baskara, dah lama banget lagi, bentar ya coba gue inget-inget dulu.”

“Maaf ya…”

“Kamu emang nggak tahu, ya? Minggu itu… dia sempat…” Ardi berhenti. Suara klakson motor terdengar lewat telepon.

Lihat selengkapnya