“Astaga sepertinya kalian telah melewati banyak hal yang menyenangkan selagi kami keluar” kata Fandi cemberut karena merasa telah melewatkan hal yang menyenangkan.
Aldi dan Erina membenarkan posisi kacamatanya.
“Jelas ini bukan hal menyenangkan biasa” kata Aldi.
“Aku setuju denganmu” kata Erina.
“Apa maksud kalian?” kata Fandi.
Dilihat dari situasi seperti ini, bisa dipastikan bahwa Aldi dan Erina sedang memikirkan hal aneh di kepalanya.
Sementara Fandi malah memikirkan hal yang berkebalikan dengan apa yang Aldi dan Erina pikirkan.
Fandi justru merasa bahwa Dika dan Shina sedang bermain-main tanpa mengajaknya. Ia saat ini sedang merasa tidak adil dalam konteks yang berbeda karena kepolosannya.
Pelayan justru mematung di belakang Aldi, Fandi dan Erina. Barang bawaannya terjatuh semua. Mengambil tisu dari sakunya, dan mengelap matanya yang berair sambil mengatakan, “Tuan Dika sudah besar”.
Erina meminta satu tisu pada pelayan dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh pelayan. Erina mengelap matanya yang sebenarnya tidak berair sama sekali, sepertinya dia hanya sedang usil kali ini.
Erina pun mengelap matanya yang tidak berair itu dengan tujuan usil sambil mengatakan, “Shina, kau sudah remaja”.
Aldi memeluk Fandi dan mengatakan, “Teman kita yang suka melebih-lebihkan yang satu ini sudah besar rupanya” kata Aldi dengan nada yang dibuat-buat seolah ia sedang sedih dan bahagia.
Fandi masih belum mengerti situasi ini, melongo saat dipeluk Aldi.
Aku yang melihat situasi ini lagi-lagi kaget dan tentu memasang muka kaget lagi.
Shina mungkin sama kagetnya, senyumnya sedikit memudar. Mungkin kali ini senyumannya hanya bernilai 50%, biasanya Shina memberikan senyuman dengan nilai 100%.
Akhirnya aku melihat respons wajahnya yang berbeda dari yang sebelumnya. Sebelumnya, Shina selalu memberi respons dengan wajah yang tersenyum, namun sekarang senyumannya berubah seperti yang aku perkirakan tadi.
Aku harus cepat-cepat membenarkan situasi yang kacau karena kesalahpahaman ini.