“Jadi, seperti yang telah kamu dengar dari Erina, apakah kamu sudah menjalin hubungan dengan orang-orang Dayak?” kata Fandi bertanya kepada paman Rais.
Kami menunggu jawaban dari pertanyaan Fandi, jika jawabannya ya, maka kami akan lebih mudah untuk berbaur, namun jika jawaban dari paman Rais adalah tidak, mau tidak mau kita hanya bisa meluncurkan kamera kecil pengintai itu dan merekam aktivitas mereka diam-diam.
“Aku tidak memiliki kenalan dari zaman ini, maaf mungkin jawabanku membuat kalian merasa kecewa padahal kalian sangat berharap pada jawabanku, jadi aku sangat meminta maaf” kata paman Rais, tampaknya ia juga tidak ingin membuat kami kecewa tetapi memang kalau dia tidak memiliki kenalan, bagaimana caranya.
Kami merasa buntu, satu-satunya harapan kami musnah dan lenyap begitu saja tanpa meninggalkan sisa-sisa harapan. Kami ingin sekali melihat orang-orang dari suku Dayak, bagaimana cara mereka menyapa tetangga, dan terlebih lagi, ketika melihat rumah Dayak secara langsung seperti ini, Kami merasa langsung ingin melihat rumah-rumah suku Dayak yang lebih banyak lagi, kami ingin sekali melihatnya.
“Tapi tenang, kalian tidak akan merasa buntu” kata paman Rais sambil berdiri.
“Aku akan tetap membantu!” kata paman Rais dengan tatapan yang entah mengarah ke mana, sepertinya ia hanya ingin terlihat keren seperti di film-film laga atau aksi yang tokoh utamanya datang dan menatap penuh kebanggaan dengan kedatangannya sendiri.
“Wow” kata Fandi. Ternyata ada orang yang mengagumi itu.
“Tapi bagaimana caranya?” tanya Erina dan Aldi bersamaan.
“Mudah saja, sebenarnya orang-orang Dayak itu ramah, gadis mereka cantik-cantik, tidak ada istilah kembang desa di sana karena memang hampir seluruh gadis yang mereka punya memiliki wajah yang cantik, ya walaupun kecantikan memanglah suatu hal yang relatif, tetapi setinggi apa pun perhitungan seseorang tentang kecantikan, orang itu akan tetap menganggap cantik orang-orang Dayak” kata paman Rais.
“Apa hubungannya kecantikan dengan keramahan?” tanya Shina.
“Ada kok!” kata paman Rais.
“Apa?” kata kami berlima secara bersamaan.
“Jika banyak gadis-gadis desa yang memiliki wajah cantik, maka itu berarti banyak juga gadis yang menjaga kecantikannya, bukan memakai serum atau penjaga wajah seperti zaman ini, mereka memakai air bersih” kata paman Rais.
“Oke, sekarang apa hubungannya dengan memakai air bersih?” tanya kami berlima, lagi-lagi kami menanyakan hal yang sama dengan bersamaan.
“Itu artinya mereka menjaga air mereka dan menjaga wajah mereka, ada banyak wajah cantik di sini, itu berarti ada banyak orang yang menjaga wajah mereka, berusaha untuk tetap tampil dengan kualitas terbaik, berusaha menjadi orang yang enak dipandang, mereka menjaga kesopanan mereka dan krama mereka lewat wajah, ya ini hanya menurutku saja sih, tetapi mereka memang ramah” kata paman Rais.
“Lalu kapan kita akan pergi ke pemukiman?” tanya Erina.
“Sekarang juga!” kata paman Rais.
“Petualangan ada di depan mata” kata Fandi berdebar-debar.
“Ya, kamu benar” kata Aldi menimpali kata-kata dari Fandi.
“Mungkin kalian benar, tetapi ingat untuk tetap berada di jalan misi dan jangan pernah mengacau” kataku mengingatkan.
“Ya, ingat tujuan awal kita” kata Shina menanggapi.
“Baik” kata Fandi dengan nada lesu.