Erina yang melihat kami memasang muka seolah mengatakan, “Apa-apaan dengan gaya yang kalian pasang itu? Keren? Tidak menurutku”.
Kami yang tersadar dengan wajah Erina membuatku dan Aldi berhenti dengan pose itu, tak terkecuali dengan Shina.
“Kalian bilang kalian sudah selesai tapi pada faktanya masih ada yang belum terisi, yaitu kolom ketiganya” kata Erina.
“Ya, tapi upacara ini bahkan belum selesai, jadi bagaimana cara kami untuk menjawab dan menjelaskannya?” kata Aldi.
“Ya, kalian ada benarnya juga sih, tetapi seharusnya kalian memiliki sebuah rencana untuk menyelesaikannya ketika upacara sudah selesai. Jadi ketika upacara ini sudah selesai, kalian tetap bisa lancar mengerjakan dan melanjutkan tugas kalian ini. Ini berguna agar kalian tidak buntu saat mengerjakannya, selain itu, ini juga membantu kalian agar bisa langsung melanjutkan pekerjaan kalian tanpa harus membuat rencana lagi” kata Erina memberi kami nasihat.
Kami yang mendengarnya merasa sangat bodoh, karena bagaimana bisa kami melupakan hal terpenting itu sampai-sampai harus diberi tahu oleh kapten kami.
“Kami sudah membuat rencana, namun baru setengah rencana saja, setengahnya akan langsung kami selesaikan” kataku akhirnya membuat alasan.
Erina sempat memperhatikan mataku dalam-dalam saat aku sedang mengatakan alasan itu.
“Baiklah, terserah kalian saja, toh hanya menyusun rencana, seharusnya kalian bisa, yang penting kalian harus memberi penjelasan dengan minimal dua sampai tiga paragraf dan penjelasannya harus valid” kata Erina akhirnya mengiyakan kata-kata kami.
Lalu akhirnya Erina membalikkan badan dan berjalan menuju tempat duduk yang berada di bawah pohon yang besar, cukup sejuk.
“Tunggu dulu, salah satu di antara penjelasan yang kami buat adalah kemungkinan yang paling mendekati fakta-fakta yang kami temukan” kataku kepada Erina membuat Erina memberhentikan langkah-langkahnya.
“Hanya kemungkinan, apa maksudmu?” tanya Erina kepadaku.
“Lebih baik kamu membacanya terlebih dahulu, di bagian alasan mengapa daun kuping salah satu dari mereka panjang!” kataku memberi instruksi kepada Erina.
Erina membaca cepat laporan yang kami buat itu. Keningnya sempat berkerut, saat ia seperti ini, hanya ada dua kemungkinan, yaitu:
1. Erina akan marah besar dengan segala pengetahuan yang ia miliki.
2. Erina sedang mencerna baik-baik informasi atau laporan yang ia terima
Kami menunggu Erina memberikan pendapatnya tentang laporan yang berisi kemungkinan yang paling mendekati itu.
Ia kemudian menarik napas panjang, memejamkan mata sebentar, lalu kembali menatap kami.
“Kemungkinan ini memang masuk akal, akan tetapi kemungkinan ini tidak bisa menutup segala kemungkinan yang ada, jadi aku perintahkan kalian untuk kembali menyelinap dan mendapatkan informasi lagi seputar masalah daun telinga ini” kata Erina akhirnya memberi pendapatnya.
Menurut pendapatnya, Ia mengatakan kemungkinan yang kami tulis memang masuk akal, akan tetapi tidak bisa menutupi banyak kemungkinan.
Lalu ia memberi perintah untuk menyelinap dan mendapat informasi seputar daun telinga itu lagi.
Aku, Shina dan Aldi saling bertatap-tatapan.
“Intinya kita hanya harus mencari kebenaran dari informasi yang telah kita dapat, kan?” kataku.
“Ya” kata Shina.
Kami bertiga sama-sama bingung untuk mau melakukan apa, karena semula, kami sudah berpikir bahwa kami hanya perlu bertanya kepada paman Rais tentang upacara ini, mencatatnya dan masalah selesai begitu saja.
Tapi ternyata kenyataannya tidak seperti itu, kami justru melupakan hal yang cukup penting, yaitu ke-valid-an dari informasi yang telah kami tangkap.
“Tunggu, ini tugas kami, kamu sudah tidak lagi terlibat, jadi kamu bisa tidak ikut kami” kataku kepada Aldi.
“Seperti yang kalian tahu, aku ini memang pandai menyelinap, bukan karena benar-benar pandai, tapi justru karena aku yang terlalu kalem dan senyap membuat orang-orang yang berada di sekitarku tidak menyadari keberadaanku” kata Aldi mengatakan alasan mengapa ia disebut pandai menyelinap.
“Tapi seperti yang telah kalian ketahui juga bahwa setelah melakukan pekerjaan, biasanya aku butuh waktu untuk memulihkan tenaga, jika tidak melakukan pemulihan tenaga, maka aku akan merasakan rasa khawatir yang berlebih sampai-sampai perutku sakit, sama seperti tadi” lanjut Aldi yang masih menjelaskan kenapa ia disebut-sebut pandai menyelinap, namun kali ini yang membedakan hanya efek setelah ia melakukan tugas atau pekerjaannya.