Aku terjatuh, mungkin karena jarak antara aku mulai terjatuh dengan jarak aku sudah sampai ke dasar sangat jauh, jadi ketika aku jatuh, aku cukup banyak menghabiskan beberapa menit saat terjatuh. Mungkin dua menit.
Aku jatuh di atas beberapa tumpukan bantal, mungkin memang lubang itu bukanlah suatu bencana karena tanah kurang kuat atau sebagainya, tetapi lubang itu memang sudah disiapkan untuk dijadikan perangkap untuk menangkap orang-orang yang berdiri di atasnya.
Akan tetapi, meskipun aku terjatuh di atas tumpukan-tumpukan bantal, aku tetap merasakan sakit di bagian-bagian tubuhku yang jatuh terlebih dahulu. Saat aku jatuh, punggung hingga pinggangku menyentuh bantal-bantalan ini terlebih dahulu, disusul oleh kaki yang terjatuh dan tidak lama kemudian kepalaku jatuh.
Sakitnya menurutku cukup berasa karena memang sakitnya sangat-sangat sakit. Namun, terlepas dari semua rasa sakit itu, aku melihat dan tersadar bahwa aku berada di ruangan tanpa seorang pun ada di dalamnya.
Ruangan ini berwarna putih, serba putih. Mulai dari lantai, dinding, hingga atap pun juga berwarna putih.
Di lain sisi dinding ruangan yang serba putih ini, terdapat sebuah kaca. Aku langsung mengerti ini tempat apa. Aku tahu bahwa tempat ini adalah tempat yang dibuat khusus untuk menyandera seorang tawanan yang nantinya akan memaksa lawan untuk membuat suatu perjanjian untuk menukarkan tawanan yang sedang disandera.
Jika orang yang menyandera berlaku adil, maka seharusnya setelah ia melakukan perjanjian tertentu, ia langsung membebaskan sanderanya. Akan tetapi mengingat Kin yang sudah melakukan semua ini dengan maksud dan tujuan yang keji, aku yakin ia tidak akan bersikap dan berperilaku adil kepada sanderanya.
Selain bisa digunakan untuk tempat sandera. Aku juga tahu bahwa tempat ini bisa digunakan untuk melakukan interogasi, terbukti dari kaca di satu sisi dindingnya.
Musuh yang menangkapku, sudah jelas bahwa ia adalah Kin, dan dia akan bertanya mengenai rencana kami lewat aku. Dia akan bertanya sambil berdiri di balik kaca itu.
Aku harus membuat rencana lain yang lebih kompleks dan menyesatkan Kin agar ketika ia tahu rencana yang telah aku bocorkan, ia langsung termakan jebakan dari rencana palsu yang telahku buat sebelumnya.
Aku mulai berpikir dan menyiapkan semuanya matang-matang, aku sama seperti Erina. Namun bedanya aku tidak memimpin kelompok, aku hanya memimpin diriku sendiri untuk menyelamatkan kelompok.
Berpikir untuk menyelamatkan kelompok dengan cara memberi informasi tentang rencana palsu. Aku akan menyelamatkan kelompokku dari balik bayangan sama seperti yang dilakukan oleh Shina.
Aku juga harus tetap tenang dan berpikir jernih dengan kepala dingin, namun rencana yang kubuat harus tetap dibuat secara matang-matang. Seperti yang dilakukan oleh Djata.
Aku juga melakukan pengamatan, di balik kaca di salah satu sisi dinding ada sebuah pintu yang terbuka otomatis jika ada seseorang yang berdiri di depan pintunya. Akan tetapi aku tidak bisa melihat apa-apa selain itu karena kaca itu ada dan lumayan tinggi, jadi aku tidak bisa melakukan pengamatan. Namun aku memegang satu sisi lensa canggih milik Fandi jadi aku bisa melihat apa yang sedang Fandi lihat lewat kamera pengintainya.
Sebenarnya aku bisa mengirimkan pesan kepada satu sisi lensa canggoh satunya yang dipegang oleh Fandi, akan tetapi aku tidak ingin melakukannya. Aku tidak terlalu mengerti teknologi, yang kutahu hanyalah, lensa ini dan kamera ini bukanlah barang canggih yang dijual di pasaran, jadi Kin tidak bisa mendeteksinya. Akan tetapi jika ada sebuah sinyal yang aku kirimkan ke Fandi, aku khawatir sinyal itu akan terdeteksi oleh Kin dan posisi Fandi dan yang lainnya ketahuan. Jadi aku tidak ingin melakukan hal sembrono itu. Aku hanya bisa melihat apa yang Fandi lihat lewat kamera pengintainya.
Selain memikirkan kemungkinan dan skenario terburuk yang akan datang, aku juga harus memanfaatkan kemungkinan terbaik yang ada. Seperti yang dilakukan oleh paman Rais.
Aku juga harus menyelesaikan apa yang terjadi padaku dan aku juga harus menyelinap setiap mungkin di setiap kesempatan sama seerti yang dilakukan oleh Aldi.
Intinya aku harus meniru bagaimana cara mereka semua melakukan dan menyelesaikan masalah. Kerja sama tim sebelumnya akan menjadi semangat dan cara terbaru yang aku pelajari. Pengalaman adalah hal terpenting yang harus dibarengi oleh kerja sama yang baik.
Aku mulai berpikir dan memikirkan rencana yang harus aku selesaikan sebelum aku diinterogasi.
Aku terjatuh dari atas hingga bawah, karena jarak antara aku terjatuh dan bantal-bantal yang sudah disiapkan cukup tinggi dan jauh, jadi aku terjatuh selama dua menit. Dan dua menit adalah waktu yang lama. Jika aku menghabiskan dua menit untuk terjatuh saja, maka Erina sudah bergerak terlebih dahulu. Erina akan memimpin dan bergerak bahkan sebelum setengah menit setelah aku jatuh. Jadi bisa dipastikan bahwa mereka sedang melancarkan rencana.
Aku tidak tahu rencana apa yang sedang mereka jalani, yang aku ketahui hanya sifat Erina. Jika aku terjatuh, maka Erina akan mengubah rencana tanpa harus bergantung pada kemampuan yang aku miliki. Jadi Erina sudah pasti akan mengganti rencana.
Aku tidak tahu rencana seperti apa yang sudah diganti oleh Erina. Akan tetapi dengan kehadiran paman Rais, aku yakin rencana yang dibuat lebuh kompleks.
Aku juga bisa melihat kamera pengintai yang sedang digunakan oleh Fandi. Terlihat mereka sudah berpindah tempat, yang sebelumnya mereka berada di tempat saat aku jatuh. Namun sekarang mereka berganti tempat.
Mereka berada jauh di tempat aku terjatuh dan mereka juga sedikit mendekat oleh bangunan itu. Mereka juga memakai baju modern zaman 2045, itu artinya mereka sudah melepas pakaian mereka sebelum mereka mendekat.
Aku baru tersadar, pakaian yang melekat pada tubuhku ini adalah teknologi canggih yang dijual di pasaran oleh keluarga Aldi. Mereka tidak membawa Mery, mereka juga tidak membawa pedang canggih yang diberikan oleh paman Rais. Alasan mengapa mereka tidak membawanya sudah jelas karena mereka takut benda-benda itu terdeteksi.
Aku juga baru sadar bahwa aku memakai pakaian modern dari zaman 2045 ini, ditambah, bahkan aku membawa dua pedang canggih yang diberikan oleh paman Rais. Sebenarnya aku tidak memiliki dua pedang, hanya satu pedang saja. Sementara pedang yang lainnya adalah pedang milik Aldi. Aku mengambilnya saat pertarungan di hutan beberapa waktu lalu berlangsung. Aldi adalah orang yang mempelajari taekwondo, jadi dia lebih mengandalkan kaki dan tendangannya dari pada tangan atau senjata lain. Sementara aku sangat membutuhkannya, jadi aku harus memegang dua pedang canggih ini.
Aku memakai baju modern yang dijual di pasaran dan juga aku memegang dua pedang canggih yang mungkin saja terjual di pasaran. Makanya aku lebih dulu terdeteksi dan tanah yang sedang aku pijak terbuka.
Itu artinya Kin sudah mempersiapkan hal ini lebih awal. Aku tidak menduga bahwa Kin ternyata adalah orang yang cukup was-was.
Kamera pengintai yang diterbangkan oleh Fandi melesat lumayan jauh. Kamera itu memasuki lorong yang menuju bawah tanah.
Pintu otomatis yang berada di balik kaca yang aku maksud terbuka, itu artinya ada seseorang yang ke pintu itu.
Orang itu berjalan, mendekat ke kaca. Terlihat bahwa orang itu memiliki tubuh yang tinggi. ia juga berdiri dengan tegak dan tatapannya tajam. Rambutnya pendek, namun panjang di bagian poninya. Terdapat beberapa untaian poni di keningnya.
“Siapa Anda?” tanya dia kepadaku.
Aku lumayan terkejut, pasalnya saat itu ia memanggilku dengan sebutan ‘Anda’ yang di mana sebutan itu adalah sebutan yang cukup sopan. Bahkan untuk menulis sebuah pesan formal atau undangan-undangan yang formal, kata panggilan ‘Anda’ juga cukup sering digunakan.
Aku tidak menjawabnya, aku hanya menatapnya saja.
“Tidak mau menjawab ya?” kata orang itu yang sudah aku yakini sebagai Kin.
Satu hal yang aku ketahui adalah, Kin tidak tahu dan tidak kenal denganku. Itu artinya aku bisa berpura-pura tidak tahu apa-apa. Akan tetapi aku juga harus tetap mengaku bahwa aku berasal dari masa depan karena segala aspek yang dapat membuktikan asalku sudah diketahui seperti pakaian canggih dan dua buah pedang canggih ini.
“Aku tidak tahu apa-apa” jawabku kepada Kin.
Kin terdiam terlebih dahulu, ia tampak cukup terkejut dengan jawabanku. Aku berharap Kin akan mengira dan menganggap aku ini hilang ingatan. Agar aku bisa dibebaskan dan bisa berkeliaran untuk sementara waktu di dalam bangunan ini.
“Sepertinya kamu ini hilang ingatan nak, menurut hipotesisku, kamu ini jatuh dari ketinggian, akan tetapi kepalamu terbentur oleh permukaan secara terlebih dahulu” kata Kin.
“Tenang saja nak, akan aku pastikan kamu akan mendapatkan kembali ingatanmu setelah melewati beberapa pengobatan” kata Kin.
“Pengobatan?” aku bertanya kepada Kin.
“Ya, pengobatan khusus langsung dariku” kata Kin.
“Memangnya aku ini siapa?” tanyaku sambil terus berpegang peran bahwa aku ini sedang mengalami hilang ingatan.
“Kamu.. entah lah, kamu akan tahu siapa kamu dan kamu akan mengerti siapa kamu setelah melewati pengobatan dariku” kata Kin.
Aku hanya berdiam menuruti perintah dari Kin. Aku tidak lanjut berkata apa-apa karena aku takut ia akan mencurigaiku.
“Berjalanlah tiga langkah dari tempat kamu berdiri, lantai yang akan kamu pijak itu akan aku naikkan dan kamu bisa mendekatiku dan menerima perawatan untuk mengobati hilang ingatan yang kamu derita saat ini” kata Kin menyuruhku untuk maju tiga langkah ke depan.
Aku berjalan dan melangkah tiga langkah ke depan mendekati lantai yang akan naik yang dimaksud oleh Kin.
Aku menginjak lantai yang dimaksud. Dan ternyata benar saja apa yang dikatakan oleh Kin. Kin sempat berkata bahwa ia akan menaikkan lantai yang sedang aku pijak. Akan tetapi, aku sama sekali tidak melihat pengendalinya. Kin hanya terlihat melipat kedua tangannya ke belakang, seperti seorang tentara dalam posisi istirahat di tempat.