Fandi sedang berada di hutan, bersama dengan Erina. Shina datang kepada mereka, sekarang mereka bertiga sedang mundur bersama dan mencari tempat aman. Namun mereka tidak hanya mundur saja, mereka juga mencari jalan keluar untuk kami mundur.
“Bagaimana, Fandi?” tanya Shina terengah-engah karena baru sampai sambil berlari dan membawa banyak sekali persediaan untuk pengobatan.
“Aku sudah menemukan dua jalur keluar baru, ditambah dengan jalur yang kit gunakan kesini saat kita berpisah dengan Djata, total jalur keluarnya ada tiga!” kata Fandi, ia juga terengah-engah, keringatnya terkujur dari kening hingga pipinya.
“Bagus, kamu bisa istirahatkan matamu” kata Shina.
Fandi langsung menjatuhkan tubuhnya di tanah, di antara akar-akar pohon yang besar dan terlihat dari permukaan.
Shina langsung dengan sigap mengambil peralatan, ia mengangkat kaki Erina tiga puluh centimeter lebih tinggi dari dada Erina. Lalu mengganjalnya dengan salah satu kotak pertolongan pertama.
Setelah itu, Shina juga melakukan pengecekan nadi dan napas Erina.
“Apa kamu mengerti untuk menangani orang yang pingsan, Shina?” tanya Fandi kepada Shina di sela-sela kesibukan mereka.
“Tidak” kata Shina singkat.
“Lalu kenapa kamu bisa langsung mengambil jalan dan cara kepada Erina?” tanya Fandi lagi menanyakan alasan kenapa Shina bisa mencari jalan dan dengan sigap menangani Erina padahal Shina sendiri saja tidak tahu dan tidak pernah menangani orang yang pingsan.
“Aku sering sekali pingsan saat upacara, lalu para PMR di sekolah langsung dengan sigap menggendongku dan memperlakukanku seperti ini.
“Jadi kamu yang sering sekali pingsan dan mendapatkan gelar ratu pingsan itu?” tanya Fandi sambil menyengir.
“Ya, tapi tidak juga” jawab Shina singkat.
Setelah Shina menjawab perkataan dari Fandi, terjadi lenggang sekitar beberapa detik, Fandi kembali tiduran di tanah sambil menatap langit-langit yang sebenarnya tertutup oleh dedaunan dari ranting pohon.
Lalu Fandi duduk kembali dengan cepat.
“Ada apa?” tanya Shina.
“Bagaimana bisa kamu yang pingsan bisa tahu apa yang tim PMR lakukan kepadamu? Itu tidak masuk akal, apakah kamu adalah manusia yang berhasil berevolusi lebih dulu dari pada manusia yang lain?” tanya Fandi terkejut setelah menyadari adanya kejanggalan di perkataan Shina.
“Aku hanya berpura-pura pingsan saja, dan sebenarnya tidak setiap hari aku bolos upacara. Aku hanya bolos saat aku pusing saja” kata Shina membela diri.
“Benarkah begitu?” tanya Fandi tidak percaya dengan kata-kata pembelaan dari Shina.