“Omong-omong, kenapa Kin menciptakan robot ini?” tanya Shina.
“Saat aku berpisah dengan kalian, sebenarnya aku pura-pura lupa ingatan, aku sengaja melakukan itu untuk menyelamatkan diriku, tapi ternyata Kin langsung bersikap baik tanpa menaruh rasa curiga apa pun kepadaku” kataku menjelaskan.
“Lalu aku juga berusaha untuk menguak informasi Kin dengan memanfaatkan kebaikan Kin, aku tahu bahwa Kin mempunyai laptop yang lebih modern dari pada laptop yang kita punya di zaman modern, lewat itu aku tahu bahwa Kin bisa menyampaikan pesan kepada seseorang, pesan itu berupa kode angka, ada pesan serang, bertahan dan pesan untuk mundur. Aku sempat memencet pesan untuk berdamai” kataku lanjut menjelaskan kepada semuanya.
“Awalnya aku bingung, siapa yang akan menerima pesan-pesan berupa simbol itu? Aku yakin yang menerimanya juga memiliki teknologi untuk menerima pesan simbolnya” kataku lagi untuk menjelaskan.
“Lalu robot inilah yang menerimanya” kataku.
“Pantas saja robot ini memakai pakaian mirip seperti orang-orang Dayak, robot juga terlihat mirip seperti manusia” kata Fandi.
“Omong-omong, ternyata kamu yang mengirimkan pesan untuk berdamai, pantas saja tadi kami tidak diserang, kami langsung kabur, saat ini kondisi sangat mendesak” kata Erina.
“Sebegitu mendesak?” tanya Aldi.
“Ya” jawab Erina.
“Tunggu, apa kalian tahu kenapa kami diperintahkan untuk mengevakuasi orang-orang?” tanya Aldi.
“Kami tahu, karena kami menonton kalian dari kamera pengintai dan proyektor dari orang-orang departemen ruang dan waktu” jawab Shina.
“Tunggu, orang-orang asli Dayak yang ada di sini sudah dipindahkan, jika mereka datang ke sini, pasti tidak ada yang akan curiga, tapi kenapa mereka belum juga datang?” tanyaku.
“Mohon maaf, tapi perjalanan waktu kami secara terus menerus delay, mungkin ini akibat dari robot itu, kami tahu bahwa robot buatan Kin bisa membuat orang-orang dari masa depan yang ingin ke masa lalu terus menerus delay, jadi kuncinya adalah menghancurkan robot itu” kata orang-orang dari departemen ruang dan waktu.
“Jadi kami belum menyelesaikannya..” gumam Aldi.
“Memangnya kenapa jika belum selesai? Kita hanya perlu menyelesaikannya dengan serangan menipu seperti tadi” kata Fandi.
“Musuh kalian itu robot loh, robot pasti memiliki kecerdasan buatan yang melampaui kecerdasan kita, robot itu pasti akan menyimpan pola serangan kalian dan mulai beradaptasi dengan serangan itu, mungkin itu juga yang menjadi alasan kenapa sedari tadi robot itu belum juga bangun” kata Shina memberi peringatan sambil memberi pendapatnya.
“Lalu kita harus bagaimana?” tanya Aldi.
“Jika tadi kalian menyerang dengan pola gerakan menipu dan menyerang asli di daerah lain robot itu, maka kalian hanya perlu mengubah tipuannya, mungkin kalian bisa mengubahnya seperti ini: kalian menipu dan menipu lalu menyerang, jadi gerakan menipunya dua kali, itu dapat mengecoh hasil adaptasinya” kata Erina memberi solusi sekaligus jalan keluar.
“Dan juga, jika pola yang baru ini berhasil, kalian bisa melancarkan serangan seperti tadi” lanjut Erina.
Kami mengangguk, setelah kami selesai mengangguk, robot buatan Kin ini mengeluarkan suara-suara aneh dan badan robot buatan Kin itu mulai bergetar. Menunjukkan tanda-tanda bahwa robot itu akan bangkit dan mulai menyerang kami lagi.
“I will kill all of you!” kata Robot itu dengan menggunakan bahasa Inggris.
“Huh? My feet will kick your iron ass” kata Aldi dengan bahas Inggris yang terbata-bata.
“Serang!” kataku memimpin.
***
Bersamaan sejak aku, Aldi dan Fandi bertemu dengan robot buatan Kin untuk yang pertama kalinya. Paman Rais dan Djata sedang berusaha keras untuk mendekati Kin, akan tetapi karena Kin bisa mengendalikan benda-benda buatannya, membuat paman Rais dan Djata tidak bisa mendekati Kin dengan mudah. Tiap kali mereka berusaha mendekati Kin, pasti benda-benda di sekitar Kin akan menyatu dan meruncing lalu memblokir jalan paman Rais dan Djata.
“Satu-satunya cara untuk membuat Kin berhenti adalah mencabut sarung tangan yang ia gunakan, namun sepertinya akan susah karena sarung tangan itu sangat elastis dan sangat menempel kepada penggunanya. Jangankan untuk melepas sarung tangannya, bahkan hanya untuk sekadar mendekatinya saja sudah cukup menguras tenaga!” kata paman Rais sambil berlarian dan terus melompat untuk menghindari serangan dari Kin.
“Aku tahu itu, aku juga sudah menguasai kekuatan asli dari Mandau Dayak, jadi aku tahu kita berdua akan bisa melakukannya” kata Djata masih dalam semangat yang gigih.
“Aku tahu itu, maka dari itu aku ingin memberi tahumu sesuatu!” kata paman Rais.
“Apa?” tanya Djata.
“Aku tidak akan mengatakannya sekarang, kita ada di atap bangunan sementara Kin ada di ruangan bawah tanah, memang benar jarak kita jauh, tapi kemajuan teknologi yang sudah dikembangkan oleh Kin tidak boleh kita remehkan” kata paman Rais.
“Tapi tidak ada waktu lagi untuk mundur, kita tidak boleh membuatnya lepas dan mengejar yang lainnya!” kata Djata.
“Aku tahu itu!” kata paman Rais.
Mereka berdua terus berdialog sambil terus berlari dan menghindar serangan dari Kin.
Lalu tepat di hadapan mereka banyak benda terkumpul di satu titik membentuk sesuatu yang runcing dan siap untuk menusuk mereka berdua.
Akan tetapi kecepatan benda-benda itu membentuk sangat lama dan juga saat benda itu menusuk juga sama lamanya. Mungkin daya rusak yang ditimbulkan besar karena bentuk dari kumpulan bendanya juga besar, tapi ada satu kekurangan, yaitu kecepatan yang lambat.
Saat benda itu sudah bersatu dan membentuk benda runcing, Kin dengan sigap mengambil ancang-ancang dan melompat sambil memotong benda itu menjadi potongan-potongan kecil.
“Kamu lihat tadi? Kita tidak punya waktu, katakan saja rencanamu sekarang!” kata Djata setelah ia berhasil mendarat sambil terus menghindar dan menangkis serangan dari Kin lainnya.
“Baiklah terserah kamu saja, jadi begini, aku akan maju ke arah Kin, kamu lindungi aku sambil terus menebas serangan Kin dengan kekuatanmu” kata paman Rais.
“Hal seperti itu sudah pernah kita coba sebelumnya dan hasilnya nihil karena kita terus-terusan diblokir oleh serangan dari Kin!” kata Djata mengusul.
“Tidak, kita masih bisa! Saat kamu menggunakan kekuatanmu saat melindungiku, pastikan kamu mengambil kuda-kuda dan ancang-ancang sebelum benda itu bersatu, intinya, kamu harus bergerak lebih cepat dari serangan Kin” kata paman Rais.
“Bagaimana jika aku sudah ancang-ancang dan mengambil kuda-kuda tapi tidak ada serangan?” tanya Djata.
“Serangan Kin dimulai saat benda-benda berkumpul menjadi senjata yang menusuk, tapi sebelum benda-benda itu terkumpul, benda-benda itu akan bergetar-getar, saat itulah kamu melakukan dan bersiap mengeluarkan kekuatanmu itu!” kata paman Rais menjelaskan langkah-langkah rencananya.
“Berdirilah ke belakangku, aku akan mengumpulkan energi di kakiku dan aku akan melompat ke depan untuk mendekati Kin, saat sudah dekat, kamu langsung melakukan rencanamu itu!” kata Djata menawarkan tawaran.
“Ya” kata paman Rais memelankan lariannya, membuatnya ia tersusul oleh Djata dan sekarang ia sudah berada di belakang Djata.
“Aku akan melompat ke depan sambil terus mengeluarkan kekuatanku, saat itu terjadi, larilah secepat mungkin!” kata Djata memberi instruksi.
“Lakukanlah!” kata paman Rais.
“Ayo” gumam Djata.