Tiga orang gadis dan seorang laki-laki berusia 28 tahun menuruni sebuah mobil travel. Keempatnya mendesah lega. Perjalanan yang jauh hingga menyita waktu lebih dari lima jam itu pasti membuat mereka lelah. Kini di hadapan mereka tengah berdiri sebuah rumah sangat sederhana yang nantinya akan mereka tinggali selama beberapa hari.
"Nah, ini dia basecamp kita," ucap satu-satunya laki-laki di antara mereka—tak terhitung sopir yang saat itu sedang sibuk menurunkan berbagai macam tas yang ada di dalam mobil.
"Tempatnya kelihatannya nyaman, ya, Pak, meskipun sederhana. Strategis juga. Dekat banget sama pasar. Aku juga lihat tadi di pinggir jalan banyak toko dan tempat-tempat umum lainnya," sahut salah satu gadis mencoba menganalisa tempat tinggal baru mereka.
Jika dilihat, usia gadis itu sepertinya tak terpaut jauh dengan si laki-laki. Namun ia memanggil laki-laki itu dengan sebutan 'Pak'. Sepertinya sebagai sebuah bentuk penghormatan. Toh, yang dipanggil begitu juga tampaknya tak keberatan. Lagi pula, wibawa yang memang sudah terpancar darinya sejak awal agaknya memang pantas untuk mendapat sebutan itu.
"Yang penting kamar mandinya bersih, kan?" tanya seorang gadis lain yang usianya terlihat lebih muda dari keduanya.
Setelah tergelak keras, si laki-laki berkata, "Kamu tenang aja, Vira. Kalau kamu gak suka sama kamar mandinya, di bawah sana nanti ada sungai." Gelak keras kembali tendengar, membuat Vira berdecak kesal.
"Kalau Linda? Pendapatmu gimana soal tempat ini?" tanya si laki-laki pada gadis terakhir yang sedari tadi hanya diam. Gadis bernama Linda itu mengangkat bahu sejenak.
"Aku gak tahu. Kan, masih belum lihat suasananya. Belum lihat lingkungannya. Belum lihat warga-warganya. Belum lihat hantunya." Kalimat terakhir yang diucapkan Linda berhasil membuat ketiga temannya membulatkan mata dan menepuk dahi frustasi.
Jika sekilas diperhatikan, Linda tampak berusia jauh di bawah tiga temannya itu. Perawakan dan wajahnya masih terlihat seperti bocah baru lulus SMP. Meski kenyataannya, ia sudah memasuki usia 20-an. Ia merupakan mahasiswi semester pertengahan.
Tak lama kemudian, lima motor yang ditumpangi tiga laki-laki dan tiga perempuan datang. Suasana semakin ramai. Laki-laki yang datang bersama Vira dan Linda tadi mulai menghitung semua anggota. Setelah dirasa lengkap, ia meminta semuanya berkumpul.
"Sebelum masuk rumah, kita doa sama-sama. Semoga agenda kita sepuluh hari ke depan berjalan lancar dan gak ada kendala yang berarti," ucap laki-laki itu kemudian memejamkan matanya berdoa, diikuti yang lain dengan khidmat.
"Bang Alfa, ini barang-barang mau langsung dimasukin?"
"Oh iya. Ayo kita masuk. Langsung bawa barang masing-masing, ya," komando laki-laki 28 tahun yang ternyata bernama Alfa itu.
Sementara ia membuka pintu rumah yang masih terkunci, teman-temannya mulai sibuk dengan berbagai barang bawaan yang tadi diangkut mobil travel. Alfa lalu membuka pintu lebar-lebar, memberi akses pada teman-temannya agar segera memasukkan semua barang yang kelihatannya tidak ringan itu.