Just A Moment

Naa Ruby
Chapter #4

Tak Bisa Berkata-kata

"Oke, semuanya. Pagi ini, sebelum mulai survei kita akan sama-sama pergi ke kantor kelurahan dulu. Nanti, di sana kita akan diskusi bersama Pak lurah dan mencari tahu pola pendidikan seperti apa yang dibutuhkan masyarakat di sini. Sampai di sini ada yang ditanyakan?" Alfa memulai pagi pertama mereka di desa itu dengan briefing.

Tim mereka adalah tim relawan pendidikan yang diterjukan ke desa-desa pelosok untuk menangani pola pendidikan yang dianggap memerlukan sentuhan perbaikan. Tim mereka, dan juga sekitar belasan tim lainnya, berada dalam naungan sebuah lembaga riset. Jadi, desa-desa yang sudah ditunjuk merupakan tempat-tempat yang dirasa pola pendidikannya kurang memenuhi standar untuk dikatakan baik. Dan pagi ini, tugas mereka adalah untuk mencari tahu masalah apa yang ada dalam pendidikan di desa ini.

"Gak ada, Bang. Kita langsung lanjut ke kantor kelurahan aja biar gak kesiangan," sahut Ian. Salah satu anggota tim itu yang bertubuh kurus.

"Ya udah. Kalau gitu kita langsung berangkat aja. Ah, iya. Kantor kelurahan di sini enggak jauh, kok. Jadi buat yang pengin sekalian olahraga pagi kalian boleh jalan kaki, dan buat yang sayang keringat kalian boleh bawa motor. Kebetulan aku juga mau bawa motor biar bisa ketemu Pak lurah duluan," ucap Alfa tersenyum pada para anggota timnya.

"Bilang aja kalau sayang keringat juga kali, Bang," celetuk Elin mulai meramaikan keadaan. Membuat yang lain pun terkekeh.

"Kamu, nih. Udah semalam bikin ribut gara-gara tidur di kamar enggak bilang-bilang, sekarang mau cari perkara lagi?" Alfa menjitak kepala gadis itu pelan.

"Hahaha enggak-enggak, Bang. Semalam aku ngantuk banget gara-gara kecapekan. Jadi pas ketemu kasur engga bisa bangun lagi. Nanti malam aku pasti tidur luar, Bang." Elin meyakinkan lalu tersenyum nyengir.

"Iya, deh. Kasian tuh si Linda. Enggak terbiasa dia tidur di tempat-tempat yang gak higienis, jadinya malah kami yang kudu ngalah." Alfa berdecak berlagak mengeluh. Itu ia lakukan karena si tersangka tampak akan lewat di dekatnya.

"Jangan jadiin aku kambing hitam. Aku udah bilang kalau aku mau tidur di ruang tamu. Bilang aja kalau Abang yang khawatir sama aku, kan? Mau bilang kalau lagi perhatian aja pakai gengsi," tandas Linda tanpa menoleh sedikit pun saat ia melewati ketua timnya itu.

"Astaga ... dasar bocil!" Alfa tertawa tak habis pikir melihat anggota paling bontotnya. Benar-benar menjengkelkan.

Semalam memang sebenarnya Alfa mengkhawatirkan gadis itu. Tak mungkin ia membiarkan anggotanya yang paling kecil begitu tidur di ruang tamu tanpa kasur. Jadi akhirnya ia meminta semua teman-temannya yang laki-laki untuk bertukar kamar dengan Kya dan Lany. Ketiga gadis itu akhirnya menempati kamar laki-laki yang cukup luas. Sementara kamar kecil yang tempat tidurnya hanya muat untuk dua orang itu terpaksa harus ditempati empat anggota laki-laki.

Pagi itu pun semua anggota bergerak menuju kantor kelurahan. Sebagian mengendarai motor, dan sebagian lainnya berjalan kaki. Termasuk Linda dan Eca. Mereka bahkan sudah melengkapi pakaian mereka dengan sepatu kets dan celana training, juga kaos berlengan panjang. Kata Alfa memang hari ini bukan acara yang terlalu formal meski akan menemui Pak lurah di kantor kerjanya. Terlebih, ini memang masih pagi sekali.

Lihat selengkapnya