Just A Moment

Naa Ruby
Chapter #13

Nyata Berbeda

Sampai saat mereka semua kembali ke rumah basecamp, Linda masih didera kebingungannya sendiri akibat ucapan Alfa yang sama sekali tak dimengertinya. Ditambah seperti tak ada tanda-tanda sang ketua tim itu ingin memberi penjelasan kepada Linda. Akhirnya gadis itu pun pasrah saja. Biarlah ia tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Toh, tak ada pengaruhnya juga pada dirinya.

“Baiklah, mari kita mulai diskusi malam ini dengan bacaan basmalah.” Alfa membuka diskusi malam itu diikuti ucapan pelan seluruh anggota yang membaca basmalah. “Sesuai dengan jadwal yang sudah kita buat semalam, kita sudah berhasil memasuki ranah pembelajaran di sekolah dan di tempat mengaji. Jadi diskusi malam ini, kita gunakan untuk membahas bagaimana perbedaan yang kita lihat di dua tempat itu. Langsung saja, mau dimulai dari mana dulu?”

Sedetik kemudian Ian mengangkat tangannya.

“Ya, Ian. Silakan,” ucap Alfa.

“Begini. Mmm … tadi kan aku sama Elin ke SD 10─”

“Oooh, ke SD yang anak-anaknya kurang ngaji itu?” potong Vira membuat yang lain kontan tersenyum geli. Kalimat yang secara spontan terlontar dari bibir Vira itu terdengar menggelikan di telinga mereka.

“Iyaaa yang itu,” balas Ian. “Terus sorenya aku kebagian di musholla RT 6. Kulihat tadi sebagian ada anak-anak dari SD 10 juga─”

“Terus mereka ngajinya gimana? Ustadnya ngaji merekanya ngerumpi jangan-jangan,” potong Vira lagi.

“Enggaaak, gak gitu juga.” Ian menghela napas lemah.

“Kak Vira.” Linda tiba-tiba memanggil. Gadis itu lalu menempelkan jari telunjuknya di depan bibir. Isyarat agar Vira diam dan tak lagi bicara, yang tentu saja membuat anggota yang lain kembali tersenyum geli. Ada-ada saja.

“Oke, aku lanjut lagi, ya,” ucap Ian. Laki-laki itu lalu kembali bicara setelah menerima sebuah anggukan dari Alfa. “Benar kata teman-teman yang pergi ke SD 10 kemarin. Di sana gak ada yang mengkhawatirkan soal pembelajaran di sekolah. Media pendukung pembelajaran udah cukup memadai kebutuhan siswa. Kalau dibandingkan dengan pembelajaran di musholla, dua-duanya sama-sama maksimal dan baik. Harusnya, anak-anak yang sekolah di sana memiliki sistem belajar paling ideal, karena antara ilmu umum dan ilmu agama sangat seimbang, tidak jomplang salah satunya.”

“Terus kenapa bisa sampai ada pembullyan hebat gitu ya di sana? ” tanya Eca seperti mewakili benak semua anggota tim.

“Aku juga gak ngerti, tapi nanti pasti kita bisa cari tahu. Ini juga kan masih hari pertama. Aku rasa enggak masalah kalau di hari pertama ini kita pakai buat lihat situasi dulu. Selanjutnya baru kita bisa bergerak buat cari tahu akar masalah, plus jalan keluarnya juga,” jelas Ian.

“Iya, enggak masalah. Rencana kita hari ini juga buat survey. Kalau kita bisa langsung nemu pokok masalah dalam sistem pendidikan di desa ini, itu bonus. Kalau belum, kita bisa lanjut besok,” imbuh Alfa mendukung ucapan Ian.

Anggota yang lain pun mengangguk saja. Memang tak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain mengikuti petuah ketua tim, selagi yang Alfa katakan dapat mereka terima.

“Ada lagi, Ian?” tanya Alfa.

“Ada, Bang. Jadi tadi di musholla RT 6 itu, ternyata anak-anak lagi persiapan lomba hadrah. Karena kebetulan banget aku mantan angota remaja masjid di rumah, aku sedikit banyak ngerti juga soal hadrah. Soalnya dulu kami ikutan komunitas hadrah dan pernah ikutan lomba juga.”

“Terus kamu tadi sekalian ngajarin anak-anak hadrah?” tebak Alfa.

Lihat selengkapnya