“Linda, sini!” Eca memanggil Linda yang baru saja keluar dari dapur dengan membawa sepiring makan malamnya.
Linda pun segera menghampiri gadis itu. Setiap malam keduanya makan bersama. Ah, bukan hanya makan malam. Hampir di setiap kegiatan, keduanya menghabiskan waktu bersama. Eca seperti menemukan saudara kembarnya, tetapi dengan usia dan perangai yang berbeda.
Kali ini, Linda melihat tak hanya Eca yang telah menunggunya. Ada juga Vira dan Elin. Teman-teman sekamarnya telah menunggu untuk makan malam bersama sepertinya. Kini mereka berempat pun duduk di dekat pintu kamar mereka sendiri. Entah siapa yang mulai merencanakan itu.
“Omong-omong, kalian ngerasa ada yang aneh sama Rion gak, sih, hari ini?” tanya Elin tiba-tiba di tengah makan mereka.
Linda seketika melirik sekitar. Memastikan posisi mereka aman dari jangkauan pendengaran teman-teman yang lain. Bisa-bisanya Elin membicarakan tentang orang lain di tempat terbuka seperti ini. Untung saja, posisi mereka cukup jauh dari tempat anggota lain makan.
Vira tiba-tiba berseru dengan mulutnya yang penuh makanan. “Iya, iya! Aneh banget.” Gadis itu buru-buru menelan makanannya dengan cepat. “Masa tadi pagi tiba-tiba dia minta ikut aku sama kak Lany buat ke Dirgantara 2. Padahal pagi tadi jadwalnya libur. Bang Alfa yang awalnya mau nemenin kami jadi batal, karena gak enak juga kalau kebanyakan anggota yang ke sana.”
“Pantas, tadi Bang Alfa malah nemenin aku sama Linda ke Dirgantara 1. Padahal aku udah bilang kalau aku sama Linda doang gak apa-apa.”
Linda mengangguk-angguk pelan mendengar ucapan Eca, mengingat kejadian saat ketua tim mereka tiba-tiba memaksa menemani mereka mengajar. Ternyata awal mulanya karena ulah Rion. “Iya, Bang Alfa bilangnya jadwal dia gak boleh kosong. Dan sekolah yang lain udah ada cowoknya. Jadi dia ikut kami tadi.”
“Kamu kan yang lagi dekat sama Rion, Lin. Kenapa gak tanya langsung aja dia kenapa?” tanya Vira yang ditujukan pada Elin, dengan nada sedikit menggoda.
“Dekat apanya?” balas Elin dengan tersenyum tipis. “Tapi, mungin aku juga sedikit tahu dia kenapa begitu tadi pagi.”
“Emang kenapa?” tanya Eca.
“Mungkin karena ada Kya juga di rumah,” jawab Elin pelan sembari mengedikkan bahu.
“Hubungannya?” tanya Eca lagi penasaran.