Pagi ini, tak seperti sebelum-sebelumnya, pembagian jadwal anggota tim bukan lagi ke sekolah-sekolah melainkan ke musholla-musholla. Linda, Lany, Hedy dan Elin mendapat jadwal pergi ke SD Dirgantara 2 yang juga mempunyai TPQ dan Madrasah Diniyah. Mereka, khususnya Lany, menyampaikan program mereka kepada kepala sekolah yang juga sekaligus mengelola TPQ dan Madrasah Diniyah di sana.
Seperti yang diharapkan, mereka mendapat sambutan yang sangat baik. Keempatnya tentu saja senang. Namun selama di sana, Linda juga merasa tak nyaman kepada Hedy. Karena program usulan Rion ini terbukti berhasil dibanding usulannya. Dan lagi ucapan Linda semalam sepertinya sudah keterlaluan.
“Bang.” Linda memanggil Hedy.
Hedy yang tengah bersiap menaiki motor bersama Elin menoleh. Elin juga melakukan hal yang sama.
“Aku minta maaf, ya. Semalam aku ngomongnya udah kelewatan.” Linda memandang Hedy penuh penyesalan.
Hedy tersenyum lebar, diikuti Elin. “Enggak apa-apa, Nda. Santai aja. Lagian yang kamu bilang semalam juga benar. Nih, sekarang ternyata programnya berhasil.”
Linda jadi ikut tersenyum, tenang.
“Hedy orangnya enggak gampang tersinggung, kok. Apalagi kalau yang ngomong orangnya seimut kamu. Tenang aja.” Elin menimpali. Mereka pun tertawa bersama.
Lany yang tadi masih mengobrol singkat dengan kepala sekolah kemudian menyusul. Karena hari sudah mulai siang, mereka bergegas untuk pulang. Cuaca di desa itu sedang panas. Dengan jarak sekolah yang cukup jauh dari basecamp, membuat mereka jadi ingin segera mendinginkan badan di rumah.
“Kak, siang ini kita ada agenda gak di basecamp?” Hedy bertanya.
“Kayaknya enggak ada, deh,” jawab Lany. “Oh iya, setelah ini mau mampir minimarket dulu, gak? Ada yang mau aku beli soalnya.”
“Boleh, Kak. Aku sama Hedy juga butuh sesuatu buat dibeli,” ucap Elin.
Lany menatap mereka sekilas kemudian mengangguk-angguk.
Selanjutnya mereka pun langsung menuju minimarket yang dimaksud. Mereka berpencar. Linda sendiri berjalan ke area makanan ringan. Gadis itu mengambil beberapa makanan yang bisa ia nikmati bersama teman-temannya nanti di basecamp. Kemudian saat ia menuju ke area minuman dingin, rupanya Elin juga berada di sana.
“Eh, Nda. Mau beli minuman?” tanya Elin. Pertanyaan retoris.
Linda hanya mengangguk. Tak berselang lama Hedy muncul dengan sekantong belanjaan di tangannya.
“Yuk,” ajak laki-laki itu. Yang tentu saja ditujukan kepada Elin.
“Mmm, Nda. Aku sama Hedy jalan duluan ya. Ada tempat yang mau kami datangi. Nanti minta tolong kamu kasih tahu Kak Lany, ya.” Elin tersenyum manis, memohon.
“Oke,” jawab Linda singkat.
Elin lalu mendekat ke arah Linda, berbisik. “Kamu mau apa, deh. Nanti aku sama Hedy beliin.”