Linda hendak meneruskan langkahnya, menghampiri Rion. Ia ingin membalas perlakuan Rion tempo hari saat gadis itu tengah melakukan penggilan video dengan kekasihnya. Tapi niatnya itu ia urungkan, saat mendengar suara seseorang dari ponsel Rion terdengar tidak asing.
Linda pun kembali ke dalam rumah tanpa bersuara. Ia mengunci pintu belakang rumah itu. Ia mengingat-ingat suara siapa yang terdengar seperti orang yang tengah berbicara dengan Rion. Tak berpikir lama, Linda melangkahkan kakinya lagi. Kali ini menuju depan rumah. Linda memutuskan untuk menguping pembicaraan Rion dari depan rumah saja.
Beruntung saat itu, semua anggota timnya berada di dalam kamar masing-masing. Jadi tidak ada yang tahu apa yang tengah Linda perbuat. Ia kemudian menyandarkan punggungnya ke dinding paling tepi di depan rumah. Kini ia hanya berjarak sekitar dua meter saja dari tempat Rion duduk.
“Aku masih ada beberapa urusan di sini,” ucap seseorang yang sedang berbicara dengan Rion.
Ah! Linda ingat sekarang. Suara perempuan itu adalah suara Elin. Linda kontan menutup mulutnya saat teringat akan hal itu, khawatir mengeluarkan suara yang tentu akan dapat didengar oleh Rion, mengingat jarak mereka yang tak jauh. Jadi ternyata Rion sering menghubungi Elin.
“Urusan apa, sih? Jadi kapan kamu balik ke sini? Jangan bilang kamu gak akan balik!” Rion setengah merajuk.
Baru kali ini Linda mendengar nada bicara Rion yang seperti itu. Gadis itu pun semakin memasang telinga baik-baik.
“Memangnya kalau aku balik sekarang mau kamu kasih apa?”
“Apa pun yang kamu mau.”
Linda menghembuskan napasnya sedikit jengah. Bukan karena obrolan mereka yang terdengar sok mesra. Namun lebih karena ia mulai menyadari jika Elin benar-benar tidak bisa dipercaya. Ke mana ucapannya yang mengatakan jika ia tidak akan terpengaruh dengan godaan-godaan Rion? Saat ini justru Elin-lah yang terdengar tengah menggoda Rion.
“Bohong. Aku penasaran apa yang kamu lakuin waktu aku gak ada di sana. Kamu jadi dekat lagi sama Kya?”
Linda mendengar Rion mengerang kesal.
“Enggak, lah! Kamu gak percaya sama aku? Aku udah gak pernah lagi bicara sama dia sejak kamu kasih tahu kalau dia sebenarnya suka sama aku. Aku risih, lah.”
Elin di seberang sana tertawa. Sementara Linda mengepalkan jemarinya erat-erat. Rion bodoh!
“Kamu sendiri, ngapain pulang bisa sampai barengan sama si Hedy? Janjian, ya! Kamu diam-diam ketemuan, ya, sama dia di luar sana?”
“Enggak. Jadi sekarang kamu yang gak percaya sama aku, nih?” Elin balik bertanya.