Just A Moment

Naa Ruby
Chapter #29

Pelakunya Yang Salah

Linda memeluk lututnya semakin erat. Ia tak pernah mendengar nada suara Alfa yang seperti itu. Selama ini ketua timnya selalu bertutur dengan lembut, terutama padanya. Apa yang akan terjadi setelah ini? Apakah Alfa dan laki-laki yang ternyata tunangan Elin itu akan bertengkar? Elin. Perempuan itu sunguh pembual. Dia sudah membohongi semua orang di rumah ini.

“Kita akan lihat semuanya nanti.” Itu suara Angga. “Kalau saya menemukan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di rumah ini, atau kalau saya akhirnya tahu kalian melakukan hal-hal yang melenceng dari tugas kalian selama di sini, saya akan pastikan apa pun program kalian di desa ini semuanya sia-sia.”

Linda mulai menahan tangis. Situasi saat ini sungguh menakutinya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Menelepon orang tuanya? Menghubungi dosennya? Mengajukan penawaran lain karena semua berjalan di luar rencana? Apa yang tengah terjadi di dalam timnya ini?

“Lakukan apa pun yang Mas Angga mau. Saya yakin Mas Angga tidak akan menemukan apa pun selain tentang Elin dan Hedy. Saya juga akan pastikan Mas Angga akan merugi juga jika sampai mengusik tim saya hanya karena persoalan Elin dan Hedy. Kami semua tidak tahu apa-apa tentang mereka. Jadi saya sarankan, selesaikan urusan kalian di luar tim ini.” Alfa kembali bicara dengan nada yang masih sama.

“Oke. Kita akan lihat nanti.” Angga membalas.

“Siapa mata-mata Mas Angga di rumah ini?” Elin yang sedari tadi hanya diam, bertanya dengan suara bergetar.

Benar juga. Dari mana laki-laki itu tahu segalanya? Tentang Elin yang pulang kemarin dan dijemput saudaranya. Tadi dia juga sempat mengatakan jika dia sudah mendengar kabar tidak enak bahkan saat Elin baru berada di desa ini beberapa hari. Dia tidak mungkin tahu semuanya jika tak mempunyai mata-mata.

“Buat apa kamu tahu? Itu udah gak penting lagi setelah semua yang kamu lakuin di belakangku.” Angga menjawab.

“Tapi, Mas─”

“Aku!” Kya tiba-tiba bersuara, memotong ucapan Elin.

Hening. Untuk beberapa saat Linda tak mendengar suara apa pun. Tak ada satu pun dari teman-temannya yang mengeluarkan kata-kata. Sepertinya mereka sama terkejutnya dengan Linda. Sama sekali tak mengerti dan tak menyangka dengan apa yang sedang terjadi di dalam tim mereka ini.

“Kamu?” Elin mencicit.

“Iya. Aku mata-mata tunanganmu selama ini.”

“Mas?”

“Sudah. Kalau sekarang kamu tahu aku punya mata-mata di rumah ini, harusnya kamu bisa lebih menjaga sikap kamu mulai sekarang. Saya pamit dulu, Mas Alfa. Saya minta maaf atas ketidaknyamanan ini, tapi ini semua demi tim ini sendiri. Saya pamit dulu.”

Lihat selengkapnya