Just be Mine

Bentang Pustaka
Chapter #3

Part 2: Sial Bertubi-tubi

“Sudah jatuh, tertimpa tangga, disapu badai, terbawa ombak hingga terdampar di pedalaman. Mungkin itu perumpamaan yang tepat yang dirasakan Adela setelah bertemu Rakha.”

“Kabar mengejutkan datang dari artis muda yang namanya tengah naik daun di Tanah Air, Rakha Arian. Siapa sangka Rakha yang pernah menepis kabar kedekatan dengan lawan mainnya—Amy Utami, justru mengaku telah memiliki tunangan.”

MAYA menghentikan kesibukannya melihat-lihat katalog bulanan barang-barang mewah yang baru saja tiba bersama kiriman paket lain yang menggunung di atas meja. Ia menatap layar televisi berukuran 42 inci di hadapannya ketika host acara infotainment menyebutkan nama putra kesayangannya.

“Tunangan?” tanya Maya cukup terkejut pada dirinya sendiri. Ia meraih remote TV untuk menambahkan volume suara.

“Seperti pengakuan Rakha saat kami temui kemarin di sekolah barunya, ia mengaku bahwa ia pindah sekolah agar bisa satu sekolah dengan tunangannya. Pasangan yang sudah dipilihkan orang tuanya.”

“Apa-apaan ini?” bentak Maya yang tidak suka dengan pemberitaan itu.

“Berita ini tentunya membuat banyak Arlov, sebutan untuk para penggemar Rakha, patah hati. Banyak yang menyampaikan kesedihannya di berbagai media sosial. Dan, sejak berita ini tersebar, jumlah anggota fans club dengan nama Arlov pun terus berkurang.”

Maya kesal. Tanpa sadar, ia meremas katalog dalam genggamannya dengan sangat kuat.

“Dialah Adela Kiva, seorang siswi kelas XI SMA Bhakti Ananda, yang diakui Rakha sebagai tunangannya. Siapa sangka, setelah kami menelusuri lebih dalam, tunangan Rakha adalah seorang yatim piatu yang tinggal berdua dengan adik laki-lakinya yang baru berusia 7 tahun.”

“Ada apa, sih, Ma?” tanya Raya yang baru saja turun dari lantai atas. Cewek itu masih mengenakan seragam sekolah putih biru. Ia memutuskan keluar dari kamarnya setelah mendengar suara televisi yang sangat nyaring dari ruang tamu.

Raya duduk di samping mamanya. Kemudian, ia mulai tertarik dengan paket-paket yang dikemas sangat cantik di atas meja.

“Lihat tuh, ulah kakakmu. Bisa-bisanya ngomong sembarangan udah punya tunangan,” sewot Maya mulai terhasut gaya bicara host infotainment yang terkesan membesar-besarkan.

“Justru aneh kalo dia nggak buat ulah,” sahut Raya asal. Suara TV yang menggema di seluruh ruangan tidak menarik minatnya sama sekali. Ia malah sibuk memilih paket dan berniat mengambil salah satunya diam-diam.

Beberapa saat kemudian, pintu utama terbuka, dan Rakha muncul dari sana, masuk dengan wajah kusut dan tanpa salam pembuka.

“Rakha! Bikin ulah apa lagi kamu?” bentak Maya begitu melihat Rakha berniat tidak mengacuhkannya dan langsung menuju kamar di lantai atas.

“Jam segini udah di rumah. Biasanya juga sibuk syuting. Ketahuan udah nggak laku,” cibir Raya dengan suara pelan tetapi pedas.

Rakha menghentikan langkahnya tepat sebelum ia menginjak anak tangga pertama menuju lantai atas. Ia menoleh, bukan karena seruan mamanya, melainkan kesal mendengar cibiran dari si adik yang sukses membuatnya tersinggung.

“Itu, kan, paket-paket dari Arlov buat gue! Mau lo apain?” bentak Rakha kepada Raya sambil menunjuk paket-paket itu.

Raya terkesiap, ia segera menyembunyikan satu paket kotak berukuran sedang berwarna biru terang yang menjadi incarannya sejak tadi ke bawah meja.

“Lo mau nyuri, ya?”

Yeeeey, siapa juga yang minat sama kiriman paket dari anak-anak alay gini,” ujar Raya berusaha mengelak. Ia kemudian buru-buru bangkit berdiri sambil secepat kilat menyembunyikan kotak itu di balik punggungnya.

“Awas aja kalo sampe ada yang hilang!” Rakha memberikan peringatan keras.

Raya tak peduli. Ia menjulurkan lidah, kemudian berlari melewati Rakha untuk kembali ke kamarnya.

“Hei, tunggu!”

“Rakha, jawab Mama!”

Rakha mengurungkan niatnya untuk mengejar Raya. Dengan terpaksa, ia kembali menoleh ke arah mamanya.

“Rakha capek, Ma. Rakha mau istirahat dulu.”

“Rakha!”

Lihat selengkapnya