Beberapa minggu sebelumnya.
Gustav Garrick yang merupakan ayah Kiel telah memerintahkannya untuk bekerja sebagai pengawal seorang putri dari pemilik SA Group dikarenakan perusahaan tersebut baru menaiki masa kejayaan dan banyak orang yang mengincar gadis itu sebagai ancaman untuk menjatuhkan SA Group. Klien yang memintanya bernama Sunardi Pramudya dan pria itu mengatakan bahwa para pelaku sudah lama bergerak dan sekarang putrinya sedang dalam bahaya karena mereka semakin sering mengusik putrinya secara terang-terangan.
“Putrinya bernama Tasya Pramudya dan dia bersekolah di SMA Prometheus, kelas 3 IPS. Usianya 18 tahun, lebih tua dua tahun darimu,” kata Gustav Garrick seraya memberikan selembar amplop cokelat kepada Kiel.
“Aku sudah menyiapkan data-data yang kau perlukan di sana. Informasi mengenai Tasya Pramudya dan identitas tambahanmu sudah kusimpan di sana. Untuk informasi mengenai sekolah dan materi pembelajarannya sudah kukirim melalui email, jadi kau tinggal mempelajarinya selama satu minggu sekaligus mengamati lingkungan sekolah agar kau bisa lebih mudah berbaur dengan murid-murid di sana,” lanjutnya.
“Baik, Ayah.”
Kiel membuka amplop dan melihat identitasnya yang ternyata hanya diubah tahun lahirnya saja agar usianya mencapai 18 tahun pada tahun ini. Anak lelaki itu juga diberikan KTP, SIM, dan kartu pelajar dengan tahun kelahiran yang dimajukan dua tahun itu. Setelah melihat semuanya, anak lelaki itu mengambil informasi mengenai Tasya Pramudya secara sekilas lalu kembali memasukkan semuanya ke dalam amplop.
“Aku hanya perlu menjaganya saja? Kalau untuk anak SMA mengapa tidak menugaskan paman yang lain? Bagaimana kalau nanti ada panggilan mendesak dari organisasi dan aku dibutuhkan di sana?” tanya Kiel.
“Pengawalan putri SA Group termasuk dalam kategori darurat karena klien memberi bayaran yang sangat tinggi. Selain itu, tugas yang diminta oleh klien berada di lingkup sekolah sehingga tidak ada orang lain selain dirimu yang cocok untuk mengambil peran sebagai pelajar. Lagipula, pekerjaan ini hanya berlangsung selama tiga bulan jadi kurasa anak-anak buahku bisa mengatasinya dengan baik walau kau tidak ada,” jawab Gustav.
Menurutnya, menjaga seorang remaja perempuan di lingkungan sekolah bukanlah sesuatu yang darurat dan anak lelaki itu merasa bahwa dirinya masih bisa mengerjakan tugas lain selagi menjaga Tasya Pramudya. Namun jika ayahnya sudah berkata seperti itu, tidak ada hal lain yang bisa Kiel lakukan selain menuruti dan menjalankan perintahnya. Setelah mengonfirmasi bahwa dirinya mengerti, Kiel pun pamit dan bergegas pergi ke kamarnya untuk mulai mempelajari data yang telah dia dapatkan.
***
Satu minggu telah berlalu ketika Kiel mendatangi SMA Prometheus sebagai murid pindahan. Anak lelaki itu sudah mengunjungi sekolah beberapa kali saat semua murid telah dipulangkan dan beberapa kali berkonsultasi dengan Kepala Sekolah. Hari ini, Kiel hanya perlu mendatangi kelas 3 IPS yang akan menjadi kelasnya dalam beberapa waktu ke depan.
Lokasi kelas 3 IPS ternyata berada ujung koridor lantai satu, kelas yang mudah ditemukan dan mudah untuk ditembus jika ada seseorang yang berniat melakukan kejahatan. Beberapa meter dari kelas, terdapat belokan menuju kantin dengan koridor terbuka yang menembus ke taman belakang sekolah. Taman tersebut dibatasi oleh dinding setinggi kurang lebih lima meter, dan termasuk dalam kategori bisa dilewati dengan mudah.
Penempatan kelasnya sangat rawan pikir Kiel.
Anak lelaki itu memang sudah memerhatikan denah sekolah sejak seminggu yang lalu, jadi dia bisa memerhitungkan kemungkinan tempat-tempat mana saja yang rawan dan bagaimana dia harus menjaga putri SA Group tersebut. Langkah pertama yang harus dilakukannya adalah masuk ke kelasnya dan berkenalan dengan teman-teman sekelasnya.
“Perkenalkan namaku Ezekiel Garrick, aku baru beberapa hari pindah ke daerah sini. Salam kenal,” kata Kiel, anak lelaki itu menerima sapaan dari beberapa murid di kelas sebelum akhirnya guru mempersilahkan untuk mencari tempat duduk.
Selama perkenalan, anak lelaki itu belum menemukan seseorang yang ciri-cirinya mirip dengan Tasya Pramudya yang dia lihat dari foto yang diberikan ayahnya. Padahal dia sudah mengamati data-data itu dengan cermat, tetapi sampai saat ini Tasya Pramudya belum dapat dikenali olehnya. Anak lelaki itu masih berusaha mengamati sekitar kelas ketika teman sebangkunya angkat bicara.
“Hai, kenalkan namaku Saka,” kata Saka, anak lelaki itu mengulurkan tangannya ke Kiel.