Kiel harus mencuci tangannya berkali-kali menggunakan sabun karena bau darah yang belum hilang dari tubuhnya. Setelah beberapa menit membersihkan tubuh, anak lelaki itu segera kembali ke teman-temannya yang sudah menghabiskan setengah makanan mereka.
“Kau ke toilet lama sekali, sih? Kau yang mengajak kami untuk makan tapi kau sendiri yang menghilang seperti dia yang tak pernah bisa kumiliki,” kata Saka.
“Kau menggelikan, Saka,” timpal Aurel.
“Biarkan, dong!”
Mereka menyuruh Kiel untuk duduk dan memesan makanan, tetapi anak lelaki itu hanya membeli minuman seraya menunggu ketiga temannya selesai makan. Setelah itu, Kiel menyuruh mereka untuk bergegas pulang secepatnya.
“Kau bahkan enggak makan sama sekali dan langsung mengajak pulang? Kita bahkan belum membahas tentang taruhan kita,” kata Tasya yang terlihat jengkel.
“Maaf, ada yang harus kukerjakan di rumah. Aku yang akan mengantar kalian pulang,” sahut Kiel.
“Enggak perlu, kami bisa pulang sendiri kalau kau enggak bisa,” balas Aurel.
“Jangan, lebih baik pulang bersama. Toh kalian enggak bawa kendaraan, kan? Kita bisa pergi ke sini lagi kapan-kapan. Lagipula sekarang sudah mulai gelap, lebih baik beristirahat karena besok masih harus sekolah."
“Kita baru sebentar di sini masa sudah mau pulang—“ Tasya hendak melanjutkan pembicaraan ketika Aurel menyela.
“Tasya, aku akan main di rumahmu sampai jam 10 malam. Sekarang kita pulang saja dulu, kasihan kalau Kiel harus menunggu,” katanya.
“Baiklah,” balas Tasya.
Untung semuanya berjalan dengan baik, teman-temannya tidak terlihat curiga dengan Kiel dan anak lelaki itu segera mengantar kedua temannya ke kediaman Pramudya—Saka tidak ikut karena rumahnya berlawanan arah.
Tidak ada waktu untuk menjelaskan situasi yang terjadi tadi kepada Tasya karena gadis itu sedang bersama Aurel. Jadi hal yang bisa Kiel lakukan saat ini adalah mengantar mereka ke rumah Tasya lalu pamit pulang dengan membawa mobil milik Sunardi ke kediaman Garrick.
***
Kiel menghampiri ayahnya dan melaporkan kejadian di mall. Anak lelaki itu juga menceritakan tentang pria yang diduga adalah anggota Artemis Hund.
“Aku tahu, aku sudah bertemu dengannya. Seharusnya nama itu sudah tidak muncul lagi ke permukaan, mereka sudah hilang belasan tahun lalu. Kita semua tahu itu, karena aku sendiri yang menghabisinya dan kau pastinya juga ingat,” kata Gustav.
“Dia mengenal aku dan Ayah, dia juga mengungkit kejadian sewaktu di Jerman. Sepertinya orang itu ada di sana saat kejadian itu terjadi,” sahut Kiel.
Gustav tampak mengamati Kiel beberapa saat sebelum mengalihkan pandangannya kepada tumpukan kertas di mejanya. Pria itu pun menghela napas.
“Tidak usah memikirkan hal yang tidak berguna seperti itu. Jangan sampai hal itu mengganggu pekerjaanmu. Aku takkan memaafkanmu jika kau berbuat kesalahan walaupun hanya sedikit.” katanya.