Hujan turun tiba-tiba, deras seperti tumpahan emosi langit yang tak tertahankan. Jalanan mulai tergenang, suara rintiknya seperti orkestra dramatis yang cocok dengan suasana hati Kirana.
Debby melirik jalanan di luar warung seblak yang sudah mulai berkabut. "Duh, gila... ini sih badai mini," gumamnya, lalu menoleh ke arah Kirana.
"Ki, daripada lo basah kuyup, mending mampir dulu ke kosan gue. Deket kok dari sini. Nunggu ojek juga belum tentu ada yang mau nerobos hujan gini."
Mereka berdua kini sedang berdiri bersisian di teras warung. Celingukan berharap hujan segera reda.
Kirana kelihatan serius memikirkan tawaran Debby. Tempting. Sumpah, tempting banget.
Mumpung Mami-Papi yang overprotektif itu lagi di Pontianak. Kapan lagi bisa pajama party di tempat teman tanpa harus mengisi formulir izin tertulis tiga rangkap?
Namun, baru saja mulutnya mau meluncurkan kata "ya", otaknya keburu menampilkan satu notifikasi penting.
Adimas, satpam on duty 24 jam.
Cowok yang kalau di rumah paling doyan berseragam kaus oblong yang keteknya bolong dan bercelana training itu. Suaminya. Yang hobinya ngatur-ngatur, ngedumel soal jam makannya yang kerap nggak teratur, dan doyan ceramah soal adab pergaulan.
"Aduh," Kirana mendesah panjang sambil nunduk. "Gue lupa, ada satpam galak nungguin di rumah."
Debby mengerutkan alis. "Satpam?"
"Alias Adimas."
"Oh... Satpam limited edition."
Kirana mengangguk. Bibirnya pura-pura cemberut. "Model langka. Bisa ngambek, bisa marah, bisa ngechat 'Kamu di mana?' pas tahu jadwal kuliah udah kelar."
Debby mendecak. "Baru juga kawin, Ki. Udah kayak bapak-bapak tiga anak."
"Ya gimana, mungkin itu cara dia nunjukkin care..." kata Kirana sambil mengangkat bahunya.
Debby langsung menyambar cepat, matanya menyipit penuh kecurigaan. "Ciee, belain suami sendiri. "
"Enggak belain. Cuma... ya emang begitu cara dia."
"Cieee..." Debby semakin girang, ditepuk-tepuknya bahu Kirana. "Yang tadinya kesel diceramahin, sekarang udah bisa bilang 'dia perhatian sebenernya'... Wuhuuu, perkembangan signifikan!"
Kirana menggeleng sambil nyengir. "Apaan, sih. Lo lebay."
"Eh, beneran, Ki. Lo tuh kayak tokoh utama di drakor, yang awalnya nikah karena situasi, terus lama-lama baper sendiri. Gue tinggal nunggu lo bilang, 'ternyata dia manis kalau lagi tidur'."
Kirana pura-pura mual. "Ih, Deb, jijik banget. Gue nggak selebay itu."
Debby nyengir nakal. "Oh, ya? Mau taruhan? Nggak lama lagi lo bakal kena sindrom baper sama satpam sendiri!"
Sebelum Kirana sempat membalas, ponselnya bergetar. Layarnya menyala.
Dimas Bakpao Calling...
"Panjang umur. Baru dighibahin udah nelpon, " ujar Kirana.