Just Friend's Scenario

Vina Marlina
Chapter #38

Sebuah Akhiran

New Haven - Yale, 2,5 tahun kemudian...

Udara musim gugur menggigit, membalut New Haven dalam semburat emas dan merah. Daun-daun maple berguguran perlahan, menutupi jalanan kampus Yale dengan keindahan yang melankolis.

Kirana duduk di sudut kafe kecil dekat perpustakaan. Hijabnya menjuntai rapi, sweater pink membalut tubuhnya, dan di hadapannya, secangkir latte yang mulai mendingin serta croissant yang hanya tinggal setengah. Laptop terbuka, tab-tab referensi tugas akhir berjajar, namun jemarinya tak juga bergerak.

Pandangan Kirana menerobos jendela yang berkabut embun sisa hujan pagi. Hatinya jauh. Pulang.

Sudah satu setengah tahun ia di Amerika. Rindu tanah basah halaman ruko selepas hujan. Rindu suara Adimas membahas bon usaha. Rindu masakan Bunda setiap akhir pekan. Rindu yang tak pernah reda.

Ponselnya bergetar. Nama di layar: Suami - bukan lagi "Adimas Bakpao".

Ia langsung menjawab. "Halo, Cinta."

"Assalamualaikum, Sayangku di benua jauh," suara Adimas terdengar rendah dan hangat, seperti pelukan.

"Waalaikumsalam... Cinta hatiku yang sabar banget nungguin aku pulang."

Terdengar tawa kecil di ujung sana.

"Lagi di mana?"

"Kafe biasa. Yang deket perpus. Tadi nulis sedikit. Tapi kayaknya... alasan asliku ke sini ya buat nelepon kamu."

Adimas tertawa. "Alasannya valid. Diterima. Aku juga pengen banget denger suara kamu."

Sejenak hening. Tapi hening yang nyaman.

"Dim..." suara Kirana melembut.

"Hmm?"

"Pas aku pulang nanti, enam bulan lagi... kita mulai promil, ya? Aku udah kepikiran terus. Aku pengen ada anak kecil yang bisa kita ajarin coret-coret bareng. Terus... kita bikin galeri kecil buat karyanya."

Adimas tak langsung menjawab. Napasnya terdengar tertahan, lalu mengalir pelan. Seperti seseorang yang menyimpan rindu terlalu lama.

"Rasanya... kayak semua capek nunggu kamu pulang langsung lumer, Ki. Insya Allah, kita wujudkan mimpi itu."

Kirana tersenyum, matanya berkaca. "Aamiin."

"Oh, aku belum cerita ya? Yasser baru nikah minggu lalu. Akadnya sederhana, tapi adem. Istrinya anak pengajian juga. Katanya dulu ditolak, tapi si ikhwan satu itu emang gigih."

Kirana tertawa. "Jangan bilang dia pakai brosur diskon sembako buat ta'aruf?"

"Nah! Katanya sih, si akhwat itu korban brosur diskon 50%," Adimas tergelak.

"Kang Fajri gimana?"

"Istrinya ngidam martabak sama cilok. Pagi-pagi Kang Fajri ke pasar. Katanya, 'Sekarang khutbahku isinya info harga bahan dapur.'"

Kirana tak bisa menahan tawa. "Kang Fajri legend. Medi masih jomblo?"

"Masih. Gagal taaruf. Katanya, 'Hatiku siap nikah, tapi langit kayaknya nggak approve.'"

Kirana terbahak. "Bilang aja suruh update CV niatnya."

Mereka tertawa bersama.

Lihat selengkapnya