Just friends

Isqa
Chapter #3

Sama berarti jodoh

Veyna dan Sarah pun sampai di kantin yang sepi.

“Bu De, kita pesan soto dua dong bu De,” pinta Veyna sambil duduk bersama Sarah. 

“Loh, sudah ke kantin saja kalian, gak belajar?” tanya ibu Desi si bos kantin tersebut. 

“Gak bu De, gurunya gak ada jadi kita bebas,” sahut Sarah diiringi tawa. “Oh ya, si cebol ke mana ya?” tanya Sarah pada Veyna. 

“Gak tahu, mungkin lagi tiduran di atap,” balas Veyna sambil memainkan ponselnya. 

“Itu si cebol, jual mahal amat sama Silvia,” ucap Sarah lalu memainkan ujung rambut Veyna yang terjuntai. “Heran, gak bosan ya dikejar-kejar terus? Mending pacaran saja sama dia,” sambungnya. 

“Gimana mau pacaran, kalau itu cewek gak tipenya,” jawab Veyna yang kembali memasukkan ponsel ke saku. 

“Memang tipe si cebol kayak apa?”

“Gak tahu! Kamu suka? Mau aku tanyakan ke dia?” ledek Veyna menatap Sarah, ia pun menyunggingkan senyum di bibirnya. 

“Sorry ya, ya gak mungkinlah! Cuma penasaran saja kok. Memangnya kamu yang jadi sahabatnya dari bocah gak penasaran?”

“Gak! Lagi pula aku juga sudah tahu tipenya kayak apa. Eh! Soto tersayang sudah datang,” ucap Veyna sambil mencolek bu Desi yang mengantar soto tersebut, “terima kasih bu De,” balasnya cengengesan. 

“Iya, sama-sama, nanti tambah lagi ya,” bu Desi pun membalas rayuan Veyna dengan senyum angker khas ibu kantin. 

“Gratiskan bu De?” potong Sarah sambil memasukkan perkedel kentang ke dalam soto. 

“Gratis mbahmu! Gak ada yang gratis zaman sekarang, ke wc umum saja harus bayar,” ledek bu Desi yang berjalan terus ke tempatnya semula. 

“Iiihhh, pelit kali bu De,” balas Veyna, ia lalu menyantap sang soto tersayang. 

“Oi! Lanjut lagi yang tadi!” Sarah mengagetkan Veyna yang sedang mengunyah lahap itu. 

“Apaan!”

“Eeh? Ada cewek dari lapak kita nih!” sahut Radit tiba-tiba memasuki kantin bersama sang ketua kelas yang terkenal di nomor kesekian itu. 

“Lah ... Dua cecurut, satunya lagi mana?!” ledek Sarah melihat kedatangan mereka berdua lalu duduk di meja yang sama. 

“Gak tahu, lagi ngorok di atap mungkin,” jelas Nando. 

“Ya ampun, anak mama ya, bisanya cuma tidur ... Tidur dan tidur,” ledek Radit. “Mungkin sudah saatnya minum tuba bukan susu!” sambungnya. 

“Parah nih teman!” sahut Veyna, ia juga memukul punggung Radit agak keras. 

“Aww! It hurts milady!” ucapnya asal sambil menatap tajam Veyna. Veyna pun jadi terdiam karena ditatap seperti itu. 

“Eeh ... I-iya maaf Dit, gak sengaja,” tukas Veyna agak canggung dan mengelus punggung Radit yang dipukulnya. 

Tiba-tiba ....

“Eh! Jangan marah dong, aku gak sengaja!” pekik Veyna saat tangannya yang mengelus punggung Radit malah ditepis lalu digenggamnya erat. 

Suasana jadi aneh, karena Radit yang terlihat marah pada Veyna, malah menggenggam erat tangannya.

“Dit, oi Dit! Santai saja, ngapain sih berlebihan kayak begitu!” sahut Sarah menenangkannya. 

“Oi! Bikin tegang saja nih anak!” sambung Nando sambil mencolek pipi Radit untuk mencairkan suasana. 

Lihat selengkapnya