“Ki, Mami sama Bunda udah tahu alasan Dimas pilih kamu.”
Mami menyorongkan badan menyorot puterinya sambil meletakkan satu siku di atas meja. Tangannya sibuk mengetuk-ngetukkan telunjuk dan jari tengah bergantian, membentuk irama. Lagak beliau sudah menyaru layaknya detektif yang sedang menginterogasi tersangka.
Mendengar kalimat mami, Kirana tercengang lalu mengerling Adimas penasaran. Memang si Dimas bilang apaan tadi?
Saat itu, Adimas tepat berada di sebelah Kirana, sedangkan bunda ada di sebelah mami Kirana. Berempat, mereka mengelilingi meja makan berbentuk bundar. Dilihat dari atmosfir serius yang muncul, bisa saja orang lain menyangka sedang ada konferensi.
Iya, konferensi meja bundar.
Mungkin karena teringat hal itu, tawa Kirana tersembur tanpa sadar.
“Eh, siapa yang nyuruh ketawa!” Mami menggebrak meja dan memelototi Kirana. “Sekarang giliran kamu, Ki. CERITAIN.” Beliau sengaja menekan kata terakhir supaya jadi perhatian Kirana. “Gimana bisa cewek yang baru putus belom genap dua minggu tiba-tiba ngajakin sohibnya married. Awas kamu kalo cuma jadiin Dimas pelampiasan.”
Suara Mami berubah menjadi bisikan, sembari memeragakan adegan sembelih leher menggunakan tangannya sendiri.
Kirana memanyunkan bibir. “Si mami mah suka gitu.” Kemudian, ia segera berpaling menghadap Adimas dan sengaja melebih-lebihkan rengekannya supaya terdengar lebih manja. Bagian bawah kaus Adimas ditarik-tariknya. “ Dim… lihat tuh si Mami galakin aku.”
Karuan Adimas gelagapan. Sebagian merasa tak enak karena dilihat orangtua, sebagiannya lagi karena merasa malu campur geli.
Kirana malu-maluin banget, sumpah!
“Astagfirullah, Ki! Apa-apaan, sih. Nyebut!” Tangan Adimas menyapu kasar wajah Kirana, seolah menyadarkan orang yang kesurupan.
“Kok nggak ada romantis-romantisnya sama pacar?!“ Kirana protes. Nada manjanya sudah berubah normal, malah naik dua oktaf lebih tinggi.
“Ya, nggak gini juga, Ki. Geli dengernya, tahu!” tukas Adimas, misuh-misuh. Berusaha keras menutupi rasa salting. Padahal, dalam hati gemas sendiri. “Mana ada pacar-pacaran. Kita setuju mau married, bukan pacaran!”
“Alah, sama aja! Sini biar gue garukin kalo geli! Mau gue cekek sekalian, nggak?” Kirana menyahut sinis. Tak sadar sudah ber-lo-gue lagi karena emosinya terpancing.
“Eh, nih! Coba aja kalo berani, ” Adimas mendekatkan lehernya untuk menantang Kirana. Mendadak jengkel mendengar intonasi Kirana.